Skip to main content

Aktivitas Penghayat Kepercayaan Dijamin Pemerintah

Laporan wartawan KOMPAS Yurnaldi
Rabu, 16 September 2009 | 22:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Dalam Negeri Mardiyanto dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Rabu (16/9) di Jakarta, menandatangani dua peraturan bersama menteri (PBM), yaitu tentang Pedoman Pelayanan kepada Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan.

Mardiyanto mengatakan, penandatanganan kedua PBM ini mempunyai makna yang sangat strategis dalam era globalisasi sekarang ini. Karena salah satu tujuan negara kita pada era reformasi adalah membentuk masyarakat madani yang berdasarkan pada kemanusiaan yang adil dan beradab, punya harga diri, martabat dan kehormatan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Salah satu unsur kebudayaan yang masih hidup dan berkembang di tengah masyarakat kita adalah budaya spiritual yang berakar dari kegiatan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang saat ini lebih 10 juta jiwa pengikutnya, dalam pemenuhan hak-hak sipilnya di beberapa daerah mengalami gangguan, katanya.

Menurut Mendagri itu, kondisi itu tidak perlu terjadi jika masyarakat memahami bahwa kerukunan hidup beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai salah satu sarana membangun bangsa. Hal ini terumuskan dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2, yang berbunyi Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan dapat beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. Ha l ini mengandung suatu kewajiban untuk mencegah segala bentuk pertentangan antara pemeluk agama dengan kepercayaan yang lainnya.

Jero Wacik mengatakan, PBM tentang Pedoman Pelayanan kepada Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa disusun ini dibuat untuk memberikan perlindungan hak-hak sipil penghayat yang meyakini nilai-nilai budaya dari leluhur bangsa.

"Melalui PBM ini dapat dibangun komitmen dari pemerintah daerah di seluruh Indonesia untuk melestarikan kebudayaan, serta untuk pelayanan dan perlindungan aktivitas masyarakat penghayat kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa, untuk membawa kemajuan dan peradaban bangsa yang lebih baik dan sejahtera," katanya.

Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Wirid Wirayat Jati Ronggowarsito

Banyak orang yang tidak tahu apa sih ilmu sejati itu? Banyak para salik yang mencari suluk untuk mendapatkan ilmu sejati yakni ilmu kasampurnan (kesempurnaan) hidup. Tidak ada salahnya jika kita belajar ilmu kasampurnaan hidup itu dari Raden Ngabehi Ronggowarsito dari Serat Wirid Wirayat Jati yang ditulisnya. Bagaimana ilmu kasampurnan itu? Anênggih punika pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji. (Inilah sebuah petunjuk benar yang menjelaskan ilmu sirr kesempurnaan hidup, yang berakar dari

PRIMBON JAWA LENGKAP

Sistim Penanggalan Jawa Sistim Penanggalan Jawa lebih lengkap dan komprehensif apabila dibandingkan dengan sistim penanggalan lainnya, lengkap dan komprehensifnya adalah suatu pembuktian bahwa ketelitian Jawa dalam mengamati kondisi dan pengaruh seluruh alam semesta terhadap planet bumi seisinya termasuk pengaruh kepada pranatan kehidupan manusia, dapat disampaikan antara lain adanya rumusan tata penanggalan jawa sebagai berikut : 1. Pancawara – Pasaran; Perhitungan hari dengan siklus 5 harian : 1. Kliwon/ Kasih 2. Legi / Manis 3. Pahing / Jenar 4. Pon / Palguna 5. Wage / Kresna/ Langking 2. Sadwara – Paringkelan, Perhitungan hari dengan siklus 6 harian 1. Tungle / Daun 2. Aryang / Manusia 3. Wurukung/ Hewan 4. Paningron / Mina/Ikan 5. Uwas / Peksi/Burung 6. Mawulu / Taru/Benih. 3. Saptawara – Padinan, Perhitungan hari dengan siklus 7 harian : 1. Minggu / Radite 2. Senen / Soma 3. Selasa / Anggara 4. Rebo / Budha 5. Kemis / Respati 6. Jemuwah / Sukra 7. Setu / Tumpak/Sa

Agama asli jawa Indonesia

HONG WILAHENG NGIGENO MESTUTI, LUPUTO SARIK LAWAN SANDI, LUPUTO DENDANING TAWANG TOWANG, DJAGAD DEWO BATORO HJANG DJAGAD PRAMUDITO BUWONO LANGGENG AGOMO BUDDODJAWI-WISNU hing TANAH DJOWO ( INDONESIA ) ---oooOooo--- Lambang Cokro Umbul - Umbul Klaras            Wiwitipun ngadeg Agami Buddodjawi-Wisnu wonten ing Suroboyo, nudju dinten Tumpak cemengan (Saptu Wage), tanggal kaping 11 Palguno 1856. (Djumadilawal) utawi tanggal 25 November 1925 mongso kanem, windu sengsoro, Tinengeran condro sangkolo. Ojaging Pandowo Angesti Buddo 1856. Utawi tahun Ismoyo 8756.            Tujuan Agami Buddodjawi-Wisnu anenangi soho angemuti dumateng Agami soho Kabudayan kita ing Indonesia ingkang asli soho murni, kados dene wontenipun negari Modjopait sapanginggil sederengipun wonten Agami penjajahan. Agami Buddodjawi-wisnu puniko mengku punjering Kabudayan Nasional ingkang asli soho murni ing Indonesia. Dene Punjering Kabudayan wau ingkan ngawontenaken adat t