Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Jawa Suriname

Suriname Budaya Jawa à la Suriname

Dibawah ini ada tulisan yang menarik tentang Suriname Budaya Jawa à la Suriname - Oleh Santo Koesoebjono * Begitu saya duduk di sebelahnya, laki-laki yang sedang memancing ditepi sungai Suriname bertanya apakah saya orang Jawa. Pemancing yang namanya Karmoen itu langsung bersikap ramah setelah saya menjawab pertanyaannya dalam bahasa Jawa kasar (ngoko). Sikap akrab dan ramah ini memang terlihat dan terasa di kalangan orang-orang Jawa di Suriname, negara yang luasnya empat kali Jawa Barat dan terletak di timur-laut Amerika Selatan itu. Seorang diplomat dari KBRI mengatakan bahwa solidaritas antara orang Jawa besar sekali. Artikel ini kami buat untuk pembaca dari Suriname yang mau berbahasa Indonesia dan teentu Portal anak Indo juga menujukan artikel online yang masih ada hubungannya pada oran2 jawa di Suriname. Dibawah ini ada tulisan yang menarik tentang Suriname Budaya Jawa à la Suriname - Oleh Santo Koesoebjono * Begitu saya duduk di sebelahnya, laki-laki yang s...

SURINAME

SURINAME

Jawa Di Suriname

Jawa Di Suriname Majalah Pertiwi, Tahun 6, Oktober 1991, hal. 112-113 Wanita Jawa di Suriname II Oleh Santo Koesoebjono * Nasi Gulai di Suriname Upaya pengerahan tenaga kerja telah memindahkan kira2 33 ribu orang Jawa ke Suriname selama setengah abad sejak tahun 1890 untuk bekerja di perkebunan. Kebanyakan dari buruh ini menetap di Suriname seusai kontraknya selama lima tahun. Kira2 seperempat dari jumlah buruh itu kembali lagi ke pulau Jawa. Di antara me-reka ada beberapa puluh orang yang sampai sekarang masih menetap di Jakarta. Juga ada yang melanjutkan perantauannya dari Suriname ke Negeri Belanda (kira2 22 ribu orang). Keluarga nenek Juariah adalah salah satu dari keluarga Jawa-Suriname yang berada di negeri Belanda. Hidup di perantauan, di tengah2 perkebunan di Suriname seperti yang dialami oleh nenek Juariah dan kakek Sawigeno, tidaklah ha-nya menimbulkan rasa kesepian melainkan juga perasaan jauh dari kampung halaman dan kebudayaannya yang asli. Guna mengurangi rasa sepi dan te...

Jawa Di Suriname

Jawa Di Suriname Majalah Pertiwi, Tahun 6, Oktober 1991, hal. 112-113 Wanita Jawa di Suriname II Oleh Santo Koesoebjono * Nasi Gulai di Suriname Upaya pengerahan tenaga kerja telah memindahkan kira2 33 ribu orang Jawa ke Suriname selama setengah abad sejak tahun 1890 untuk bekerja di perkebunan. Kebanyakan dari buruh ini menetap di Suriname seusai kontraknya selama lima tahun. Kira2 seperempat dari jumlah buruh itu kembali lagi ke pulau Jawa. Di antara me-reka ada beberapa puluh orang yang sampai sekarang masih menetap di Jakarta. Juga ada yang melanjutkan perantauannya dari Suriname ke Negeri Belanda (kira2 22 ribu orang). Keluarga nenek Juariah adalah salah satu dari keluarga Jawa-Suriname yang berada di negeri Belanda. Hidup di perantauan, di tengah2 perkebunan di Suriname seperti yang dialami oleh nenek Juariah dan kakek Sawigeno, tidaklah ha-nya menimbulkan rasa kesepian melainkan juga perasaan jauh dari kampung halaman dan kebudayaannya yang asli. Gu...

JAVANESE FROM SURINAME

The existence of the Javanese in Suriname is not able to be released from the plantations which opened there। Because slavery was allowed in there, and people of African descent freed from slavery. In the late 1800s the Dutch began to bring the contract laborers from Java, India and China. Initially placed the Javanese in Suriname in the 1880s and employed in the sugar plantations and wood lots in the area of Suriname. Javanese people arrived in Suriname in many ways, but many are forced or kidnapped from the villages. Not only the Javanese who brought, but also there are the Madurese, Sundanese, Batak, and other areas of his descendants became the Javanese all there. Spread Javanese in Suriname, so there is a village called Tamanredjo and Castle. There are also gathered in Marienburg. Suriname Javanese actually exist in the land of Java relative lives far away though oceans apart, that's why the Java language in the region remain stable over Suriname. Knowing Indonesia's '...

JAVANESE FROM SURINAME

The existence of the Javanese in Suriname is not able to be released from the plantations which opened there। Because slavery was allowed in there, and people of African descent freed from slavery. In the late 1800s the Dutch began to bring the contract laborers from Java, India and China. Initially placed the Javanese in Suriname in the 1880s and employed in the sugar plantations and wood lots in the area of Suriname. Javanese people arrived in Suriname in many ways, but many are forced or kidnapped from the villages. Not only the Javanese who brought, but also there are the Madurese, Sundanese, Batak, and other areas of his descendants became the Javanese all there. Spread Javanese in Suriname, so there is a village called Tamanredjo and Castle. There are also gathered in Marienburg. Suriname Javanese actually exist in the land of Java relative lives far away though oceans apart, that's why the Java language in the region remain stable over Suriname. Knowing Indonesia's '...

Sejarah Orang Jawa di Suriname

Sejarah Orang Jawa di Suriname Adanya orang Jawa di Suriname ini tak dapat dilepaskan dari adanya perkebunan-perkebunan yang dibuka di sana. Karena tak diperbolehkannya perbudakan di sana, dan orang-orang keturunan Afrika dibebaskan dari perbudakan. Di akhir 1800an Belanda mulai mendatangkan para kuli kontrak asal Jawa, India dan Tiongkok . Orang Jawa awalnya ditempatkan di Suriname tahun 1880-an dan dipekerjakan di perkebunan gula dan kayu yang banyak di daerah Suriname. Orang Jawa tiba di Suriname dengan banyak cara, namun banyak yang dipaksa atau diculik dari desa -desa. Tak hanya orang Jawa yang dibawa, namun juga ada orang-orang Madura , Sunda , Batak , dan daerah lain yang keturunannya menjadi orang Jawa semua di sana. Orang Jawa menyebar di Suriname, sehingga ada desa bernama Tamanredjo dan Tamansari. Ada pula yang berkumpul di Marienburg. Orang Jawa Suriname sesungguhnya tetap ada kerabat di Tanah Jawa walau hidupnya jauh terpisah samudra, itu sebabnya Bahasa Jawa tetap les...