Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Tokoh Penghayat Kepercayaan

Drs Sutanto Pranoto MM: SAYA merupakan satu-satunya anggota DPR RI yang dilantik menurut janji Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

' SAYA merupakan satu-satunya anggota DPR RI yang dilantik menurut janji Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Itu yang pertama dan selama ini tidak ada.'' Begitu pengakuan mantan anggota DPR RI Drs Sutanto Pranoto MM dalam sebuah diskusi aliran kepercayaan di UKSW Salatiga, Selasa (5/2). Menurutnya, tidak ada tendensi apapun dalam memilih aliran kepercayaan itu sebagai ''agama'' bagi mantan dosen Pascasarjana Undip Semarang itu. Pasal 29 UUD 45 ayat 1, kata dia, secara jelas menyebutkan negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. ''Sudah jelaskan bunyi UUD 45 itu, bahwa aliran kepercayaan diperbolehkan!'' serunya. Dia dilantik DPR RI dari PDI-P sebagai pengganti antarwaktu (PAW), setelah Wijanarko Puspoyo menjadi kepala Bulog. Berita pelantikan pada 27 Maret 2002 itu ditandat

Pendiri Aliran Kepercayaan TYME Ngudi Utomo

Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME "NGUDI UTOMO" INVENTARISASI DIRJEN BINYAT DEP DIK BUD NO 1.061/F.3/N.1.1/1980 TGL. 31-12-1980 TERDAFTAR DIRJEN SOSPOL DEPDAGRI NO.97/D.I/VIII/2001 TGL. 09-08-2001 Riwayat Diperoleh Ajaran Ajaran Organisasi Ngudi Utomo untuk pertama kali diterima dan diperkenalkan oleh seorang petani yang bernama Martowiyono. Beliau berasal dari Desa Bayan, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta . Pada waktu itu kurang lebih 3 1/2 tahun Bapak Martowiyono menderita sakit yang demikian lamanya.. Berbagai. obat-obatan telah diminumnya, semua orang- orang pintar telah didatangkan, harta kekayaannya habis terjual untuk biaya pengobatan, akan tetapi kesembuhan yang dinanti­nantikan tidak kunjung tiba. Melihat kenyataan yang demikian itu seluruh keluarga hampir kehilangan akal memikirkan sakit Bapak Martowiyono yang tidak menunjukkan tanda-tanda kesembuhan. Akan tetapi hal yang paling mengherankan dan menakjubkan semu

Penghakiman Sawito oleh Pemerintah Suharto

16 Oktober 1976 Memburu "wangsit": untuk kekuasaan ... PERKARA Sawito nampaknya bukan perkara remeh. Buktinya, dengar saja pernyataan-pernyataan resmi sampai pekan lalu. Dalam pidato di hari 5 Oktober tak kurang dari Presiden Soeharto yang menyebutnya sebagai "Gerakan Sawito". Kepala Staf Kopkamtib Laksamana Sudomo sementara itu di Surabaya Kamis minggu lalu bahkall menunjuk "gerakan Sawito" itu sebagai suatu contoh "revolusi istana". Beberapa jam sebelumnya Menteri Dalam Negeri Amir Machmud di Bengkulu menyatakan bahwa Sawito diperalat "orang-orang ASU". Dan meskipun Presiden menegaskan bahwa tidak ada kesatuan ABRI yang terlibat dalam "gerakan Sawito", belum terjawab pasti apakah ada oknum ABRI yang tersangkut. "Masih dalam pengusutan". jawab Kepala BAKIN Yoga Sugama kepada pers. Sementara beberapa data baru tentang diri Sawito mulai terungkapkan. Tapi umumnya lewa

Peranan Kol. dr. Soemantri Hardjoprakoso sang Penghayat Kepercayaan

--> Peranan Dalam rangka pengambilan Leger Psychologische Diens (Dinas Psikologi Militer) dari Belanda, beberapa perwira (mantan anggota Brigade 17) dikirim ke negeri Belanda sebagai mahasiswa Angkatan Perang (mendapat beasiswa dari kementerian Pertahanan dan Keamanan). Sebagian besar dari mereka belajar di bidang psikologi. Pada saaat hubungan Indonesia dengan Belanda memburuk (tahun 1955), pemerintah Indonesia memindahkan tugas belajar mereka ke Jerman. Pada tahun 1959, setelah menyelesaikan studi di bidang psikologi, mereka kembali ke Indonesia. Tahun 1959: Kapt. John S. Nimpoeno, Dipl. Psych Kapt. Soemitro Kartosoedjono, Dipl. Psych. Lettu. Sardjono, Dipl. Psych. Tahun 1960: Kapt. Bob Dengah, Dipl. Psych. Tahun 1961: Kapt. Soemarto, Dipl. Psych. Tahun 1963: Soenardi Darmo Sarojo, Dipl. Psych. Soewarjo, Dipl. Psych. Kedua nama tersebut terakhir adalah demobilisan dari Brigade 17 (bukan dari militer), yang memperoleh beasiswa dari Departemen PTIP, sekarang Kementerian Pend

Nama Ketua Pengurus Pusat Pangestu

Nama Ketua Pengurus Pusat Pangestu ( Sejak 1949 hingga periode 2005 – 2010 ) R. Gunawan - Ketua Pangestu 1949 - 1954 R. Martosoedigdo - Ketua Pengurus Pangestu 1954 - 1959 Mayjen. Prof. DR. Soemantri Hardjoprakoso - Ketua Pengurus Pangestu 1959 - 1970 DR. Soedjarwo - Ketua Pengurus Pangestu 1970 - 2005 DR. Ir. Budi Darmadi, Msc - Ketua Pengurus Pangestu 2005 – 2010

Dr Soemantri Hardjoprakoso seorang Penghayat Pangestu

Indonesian Acting Director 17 March 1969 - 19 January 1970 Dr Soemantri Hardjoprakoso, Acting Director and Assistant Director during the unfinished term of Professor Sukich Nimmanheminda was explaining on the location of the original SEAMEO( The Southeast Asian Ministers of Education Organization ) member countries i.e. Indonesia, Laos, Malaysia, Philippines, Thailand and Republic of Vietnam. Saya ingin sharing dengan mengutip dari salah satu sumber yang ditulis oleh Prof Dr dr Soemantri Hardjoprakoso, yang menganalis ttg fenomena kesurupan dari sudut pandang psikologi dan agama sekaligus sbb: Perlu disadari manusia yang masih hidup, masih memiliki kelengkapan alat-alat kasar (badan jasmani) dan halus (angan2, perasaan dan nafsu2 atau juga disebut jiwa). Komponen manusia yang dipengaruhi oleh para setan itu ialah angan2 manusia. Angan2 ini diumpamakan jembatan oleh para setan dalam mempergunakan kekuasaannya thd manusia. Angan2 yang bagai

Drs. Soetanto Pranoto, MM : EKSISTENSI KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

EKSISTENSI KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA Oleh Drs. Soetanto Pranoto, MM ( Dibuat dalam rangka sarasehan nasional Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan tema “ PEMBERDAYAAN PENGANUT KEPERCAYAAN MENUJU PEMBANGUNAN BANGSA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS ” di Solo tanggal 14-16 Juli 2009 ). L A T A R B E L A K A N G Sebelumnya saya sampaikan terima kasih dan hormat setinggi-tingginya atas kesempatan ini, sehingga saya dapat menyampaikan makalah dalam sarasehan nasional dengan sub tema diatas. Sebetulnya , saya sudah lama menunggu dan menunggu , kapan dalam era reformasi -demokratisasi ini , negara dan pemerintah pada semua tingkatan dapat berlaku adi l, mencabut segala macam aturan yang bersifat diskriminasi, hambatan karena bagi warga penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa asli “ NUSANTARA ” khususnya kepercayaan Jawa , mengalami kematian secara politik , sosial, dan perdata. Sejak pemerintah ordebaru menerbitkan larangan pencantuman “ KEPER