Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Ajaran

Kalacakra

Kalacakra adalah salah 1 simbol yg masih memiliki karisma (khusus para kejawen ) kalimat kala cakra mungkin awam atau biasa kita dngar sebagai sebuah karya pninggalan para leluhur terdahulu dijaman jawa kuno...mungkin kita hanya mlihat dari sisi luarnya saja....kalacakra adalah sbuah simbol yg mlakukan perlawan dngan energy2 yg kiranya mnyerang maka akan dijadikan melemah bgitu juga sebaliknya.....yg sebenarnya kalacakra tanpa harus kita aktifkan secra tidak langsung maka dia sudah aktif dengan sndirinya.........contoh kalacakra sbgai brikut jaman dahulu biasa digunakan oleh para ksatria & raja2 agung lain...... yg berbunyi YAMARAJA-JARAMAYA-YAMARANI-NIRAMAYA-YASILAPA-PALASIYA-YAMIDORA-RADOMIYA-YAMIDOSA-SADOMIYA-YADAYUDHU-DHUYUDAYA-YASIYACA-CAYASIYA-YASIHAMA-MAHASIYA (ternyata sungguh hbat para leluhur dulu sanggup mmikirkan hal sperti ini hingga skrang ini masih dapat berlaku & efektif) Kalo ndak salah, rajah kalacakra ini jika ditulis oleh orang yang berpuasa pada timin

KANOMAN

KANOMAN Seperti telah dijelaskan pada artikel di Bab Spiritualitas tentang “ Tingkatan Ngelmu dalam Kejawen”, Ngelmu Kanoman adalah untuk golongan muda. Semua tataran ngelmu kecuali Ngelmu Sejati atau Ngelmu Kasampurnan atau Spiritualitas atau Kebatinan, belum mencapai tingkat tertinggi. Seseorang yang telah tercerahkan dalam kebatinan , dia telah mengenal Pribadi Sejatinya ,telah mengetahui Kasunyatan .Dimana dalam tataran ini jiwa telah tercerahkan dan mencapai kesadaran tertinggi yaitu asal muasal kita satu dan sama, yang ada adalah kita. Dengan uraian diatas, menjadi jelas bahwa saudara-saudara kita yang belum tercerahkan jiwanya, durung bontos pungkasaning ngelmu, belum mencapai puncaknya ngelmu sejati, pikirannya masih terpilah-pilah. Bagaimanapun baiknya seseorang, tetap saja ada pemilahan antara saya, kamu dan dia. Sehingga masih mudah pemahaman untuk mementingkan diri, untuk aku, kelompokku, keluargaku, saudaraku. Rasa kemanusiannya mudah terganggu oleh solidaritas individu d

Pitutur Luhur

Pitutur Luhur Supaya kehidupan berjalan baik, para pinisepuh telah mewariskan pitutur luhur – petuah luhur supaya kita semua tetap berpegang kepada paugeraning urip – tata cara kehidupan luhur, yang secara tradisi selalu dilaksanakan dan dihormati seluruh warga dengan sadar dan mantap Petuah dan ajaran warisan leluhur Jawa/Nusantara sengaja disebar kemana-mana, tidak berupa sebuah buku tuntunan. Ini dimaksudkan oleh para pinisepuh, supaya anak cucu termasuk penulis dan anda semua mengerti, bahwa belajar dan mencari ilmu itu perlu usaha yang tekun. Tidak jemu-jemunya para pinisepuh menebarkan ajaran luhur lewat sloka-sloka, tembang-tembang, babad, cerita tutur, peribahasa dll, supaya anak keturunan dimanapun dan kapanpun selalu ingat untuk menjaga perilaku yang baik dan patut, selalu percaya diri, berpegang teguh kepada Budi Pekerti, tatakrama dan tata susila, tidak sombong, sopan dan bersikap rendah hati – andap asor. Piweling/ ajaran yang utama adalah : Tansah eling marang Pangeran

Goda yang mendatangkan bencana

Goda yang mendatangkan bencana Bagi yang tidak luntur memegang prinsip Budi Pekerti, etika moral, tentu akan terhindar dari bermacam goda yang bisa mendatangkan bencana kehidupan. Dalam ajaran Kejawen ada tiga macam goda yang sangat berbahaya. Pada zaman dulu, peringatan ini terutama ditujukan kepada para priyayi/ pejabat negara/ birokrat. Pada masa kini, goda tersebut bisa mengancam siapa saja yang menduduki posisi strategis, baik dilembaga negara maupun swasta. Ketiga macam goda tersebut adalah : Pertama : Grombyang wang – Gemerincing uang Kedua : Kecopak iwak – Gelepar ikan Ketiga : Pledhinge wentis jenar – Betis sexy yang menggoda morality2 Uraiannya sebagai berikut : Grombyang Wang Tempo dulu uang terbuat dari dari bahan logam : tembaga, perak dan emas, sehingga bunyinya gemerincing. Kalau jumlahnya banyak, misalnya segepok atau lebih bunyinya lebih keras yaitu grombyang ( bahasa Jawa).Maksudnya jelas, yaitu : Pejabat tidak boleh tergoda oleh uang yang tidak halal, tidak

Saudara halus dan Pengawal halus

Saudara halus dan Pengawal halus Dizaman modern ini,selain ada banyak orang yang bertanya : ” Siapa Aku ini?” – “Who am I?”, “ Mengapa Aku disini?’ – “ Why am I here?” “ Dari mana Aku datang?’- “ Where do I come from?”. Ada juga yang bertanya apakah sebenarnya atau adakah” saudara-saudara halus” dari seorang manusia. Anak muda sekarang menyebutnya antara lain dengan istilah soulmates, teman atau saudara jiwa. Soulmates yang utama adalah jiwa yang amat dekat ikatannya seperti yang menjadi suami atau istri, saudara kandung pria dan wanita, anak atau orang tua ataupun sahabat dekat. Soulmates yang menjadi teman-teman baik didalam kehidupan duniawi, ada juga kelompok soulmates yang adalah para individu yang sering saling berhubungan karena ada sebabnya/ kepentingannya. Misalnya antara murid dengan pengajarnya. Di dunia yang banyak ditinggali manusia, didalam pergaulan ini selain ada soul/jiwa yang sudah dikenal sebelumnya dialam kelanggengan atau immortal life, banyak pula yang tidak di

Asal Usul Manusia

Asal Usul Manusia Kenyataan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari didunia ini adalah : Dimana-mana ada manusia, kita sendiri juga mahluk manusia yang tinggal disebuah tempat dari belahan bumi. Sejak kecil kita bergaul dengan ibu, ayah, kakak, adik, nenek, kakek, saudara, tetangga, teman, yang semuanya mahluk manusia. Kemanapun kita berada, pergi dan berurusan, tentu berhubungan dengan bangsa kita sendiri, yaitu sama-sama bangsa manusia. Sebagai orang yang punya perasaan instinktif dan pikirannya selalu jalan, hati kecilnya tentu bertanya : Didunia ini ada begitu banyak manusia yang menjalani kehidupan diberbagai tempat, dikota, didesa, dibeberapa benua, negara, didaerah tropis maupun dipinggir kutub, ada pemukiman manusia. Perjalanan waktu dan sejarah telah menunjukkan perkembangan manusia, sejak masa primitif sampai era modern ini.Kehidupan telah menunjukkan bahwa mahluk manusia dan mahluk-mahluk lain yang berbadan fisik seperti bermacam hewan, berkembang dan beranak pinak melalu

Kebatinan

Kebatinan Orang Jawa, orang Indonesia, orang Timur senang dengan kebatinan. Kebatinan adalah laku, usaha dengan melalui rasa, hati yang bening, untuk mengetahui urip sejati, hidup sejati. Laku batin tersebut dilandasi perbuatan dan perilaku yang baik, budi luhur, hati bersih suci, dengan selalu mendekatkan diri dan manembah kepada Gusti, Tuhan. Beberapa pengalaman akan dialami oleh phttp://www.blogger.com/post-create.g?blogID=242078593629996232elaku kebatinan, ada yang enak, ada yang dirasa berat, semua itu adalah bumbu-bumbu kehidupan dalam menapaki jalan Ilahi. Pengalaman puncak pelaku kebatinan/ spiritualis adalah kenyataan bahwa dirinya sebagai kawulo berada dalam hubungan serasi dengan Gusti, Tuhan. Istilah populernya adalah : Jumbuhing kawulo Gusti - Hubungan serasi kawulo Gusti Manunggaling kawulo Gusti - Manunggalnya kawulo Gusti Pamore kawulo Gusti -Bersatunya kawulo Gusti Yang intinya berarti : Seorang anak manusia telah berada dikehidupan sejati dalam

Manembah marang Gusti Kang Akaryo Jagad

"Sembahyang memasrahkan diri kita pada Y a ng Maha Esa ( bukan Shalat karena Kejawen lahir sebelum Islam, Islam mengggunakan kejawen untuk persebaran agamanya artinya dioleah oleh para wali itu untuk kepentingan syiar. Apa perbedaannya? Ketika kita melakukan sembahyang atau shalat, maka kita bukan mempersembahkan sesuatu pada Allah , tetapi kita justru meminta melulu. Tidak ada persembahan)"   (Menyembang kepada Gusti (Tuhan) yang membuat Dunia seisinya) Masyarakat Kejawen memiliki cara panembah (menyembah Gusti Akaryo Jagad) bermacam-macam. Bagi masyarakat Kejawen, tidak ada ketentuan ataupun cara tertentu dalam melakukan Panembah marang Gusti Akaryo Jagad. Dalam melakukan Panembah, ada empat macam panembah yang ada. Hal itu bisa kita simak dari penggalan Kitab Wedhatama sebagai berikut: Samengko ingsun tutur, Sembah catur supaya lumuntur, Dhihin raga cipta jiwa rasa karsa, Ingkono lamun ketemu, Tandha nugrahaning Manon. (Sekarang aku jelaskan tentang empat macam semb

Kejawen, a Javanese traditional spiritual teaching

The ancient people of Java since 3000 years BC had known the wet-rice cultivation . This system of agriculture requires a smooth cooperation between villagers, is still being practiced to this day. The villagers must have a very high consciousness to organize such a complicated arrangement to be a smooth cooperation, benefited all parties involved. Besides the wet-rice cultivation, they have known also among other fishery, astronomy, cloth weaving, batik, gamelan & wayang. Before the arrival of Hinduism and any other world religions, the Javanese had already a culture & belief(s) of their own. In some Javanese traditional ceremonies, ancient rituals remain in place to this day. It is a proof that Javanese people are smart in preserving their precious identity. Besides the existence of widely recognized religions such as Hinduism, Buddhism, Islam & Christianity, a local belief popularly known as Kejawen or Kebatinan does continue to exist. Kejawen from the word Jawa (Java