Skip to main content

Sambutan Presidium MLKI


PRES

Rahayu,
Majelis Luhur Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia [MLKI] lahir karena tuntutan sejarah. Sebagai wadah tunggal organisasi-organisasi Kepercayaan di Indonesia, MLKI mengemban amanat besar. Secara internal, MLKI harus mampu  melakukan penguatan dan pengembangan organisasi-organisasi Penghayat Kepercayaan. Juga penguatan terhadap warga Penghayat Kepercayaan yang tersebar di seluruh Nusantara.
Secara eksternal, MLKI juga dituntut mampu menyosialisasi keberadaan Penghayat Kepercayaan, termasuk menghapus stigma dan pelbagai lebel negatif yang selama ini ditempelkan pada warga Penghayat Kepercayaan. MLKI juga harus menjadi garda depan perjuangan menghapuskan diskriminasi yang sampai hari ini masih menjerat kehidupan sebagian besar warga Penghayat Kepercayaan di seluruh Nusantara.  
Organisasi-organisasi Penghayat Kepercayaan adalah pewaris sah kebudayaan dan nilai-nilai adiluhung di bumi Nusantara. Tidak berlebihan bila ditegaskan bahwa keberadaan Penghayat Kepercayaan sesungguhnya juga memiliki kontribusi yang besar dalam membentuk dan membangun karakter manusia Indonesa seutuhnya yang memiliki nilai dan budaya tinggi. MLKI bertekad menjadi kekuatan yang melestarikan nilai-nilai adiluhung spiritualitas bangsa tersebut.   
Berpijak pada Sesanti “Memayu Hayuning Bawana”, MLKI juga selalu menegaskan diri sebagai elemen bangsa yang selalu berkomitem pada terwujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi toleransi, kebersamaan yang aman, damai, tenteram, bahagia, dan sejahtera bagi segenap tumpah darah Indonesia.
Hadirnya website resmi MLKI ini adalah salah satu wujud dari semua komitmen di atas. Semoga Nusantara tetap dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. “Sepi ing pamrih, rame ing gawe”.
Rahayu Sagung Dumadi
[Damai dan berbahagialah seluruh mahluk di bumi]

Surabaya, 5 Maret 2016

Naen Soeryono, SH., MH.
[Presidium MLKI Pusat]


Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Wirid Wirayat Jati Ronggowarsito

Banyak orang yang tidak tahu apa sih ilmu sejati itu? Banyak para salik yang mencari suluk untuk mendapatkan ilmu sejati yakni ilmu kasampurnan (kesempurnaan) hidup. Tidak ada salahnya jika kita belajar ilmu kasampurnaan hidup itu dari Raden Ngabehi Ronggowarsito dari Serat Wirid Wirayat Jati yang ditulisnya. Bagaimana ilmu kasampurnan itu? Anênggih punika pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji. (Inilah sebuah petunjuk benar yang menjelaskan ilmu sirr kesempurnaan hidup, yang berakar dari

Agama asli jawa Indonesia

HONG WILAHENG NGIGENO MESTUTI, LUPUTO SARIK LAWAN SANDI, LUPUTO DENDANING TAWANG TOWANG, DJAGAD DEWO BATORO HJANG DJAGAD PRAMUDITO BUWONO LANGGENG AGOMO BUDDODJAWI-WISNU hing TANAH DJOWO ( INDONESIA ) ---oooOooo--- Lambang Cokro Umbul - Umbul Klaras            Wiwitipun ngadeg Agami Buddodjawi-Wisnu wonten ing Suroboyo, nudju dinten Tumpak cemengan (Saptu Wage), tanggal kaping 11 Palguno 1856. (Djumadilawal) utawi tanggal 25 November 1925 mongso kanem, windu sengsoro, Tinengeran condro sangkolo. Ojaging Pandowo Angesti Buddo 1856. Utawi tahun Ismoyo 8756.            Tujuan Agami Buddodjawi-Wisnu anenangi soho angemuti dumateng Agami soho Kabudayan kita ing Indonesia ingkang asli soho murni, kados dene wontenipun negari Modjopait sapanginggil sederengipun wonten Agami penjajahan. Agami Buddodjawi-wisnu puniko mengku punjering Kabudayan Nasional ingkang asli soho murni ing Indonesia. Dene Punjering Kabudayan wau ingkan ngawontenaken adat t

PRIMBON JAWA LENGKAP

Sistim Penanggalan Jawa Sistim Penanggalan Jawa lebih lengkap dan komprehensif apabila dibandingkan dengan sistim penanggalan lainnya, lengkap dan komprehensifnya adalah suatu pembuktian bahwa ketelitian Jawa dalam mengamati kondisi dan pengaruh seluruh alam semesta terhadap planet bumi seisinya termasuk pengaruh kepada pranatan kehidupan manusia, dapat disampaikan antara lain adanya rumusan tata penanggalan jawa sebagai berikut : 1. Pancawara – Pasaran; Perhitungan hari dengan siklus 5 harian : 1. Kliwon/ Kasih 2. Legi / Manis 3. Pahing / Jenar 4. Pon / Palguna 5. Wage / Kresna/ Langking 2. Sadwara – Paringkelan, Perhitungan hari dengan siklus 6 harian 1. Tungle / Daun 2. Aryang / Manusia 3. Wurukung/ Hewan 4. Paningron / Mina/Ikan 5. Uwas / Peksi/Burung 6. Mawulu / Taru/Benih. 3. Saptawara – Padinan, Perhitungan hari dengan siklus 7 harian : 1. Minggu / Radite 2. Senen / Soma 3. Selasa / Anggara 4. Rebo / Budha 5. Kemis / Respati 6. Jemuwah / Sukra 7. Setu / Tumpak/Sa