Skip to main content

Kemendikbud: Organisasi Penghayat Kepercayaan Banyak yang Hilang


Kontributor Malang, Andi Hartik Sejumlah penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa saat menghadiri Serasehan Daerah Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Kota Malang, Rabu (31/8/2016).
 
MALANG, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jendral Kebudayaan akan meningkatkan kualitas organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang ada di Indonesia.
Sebab, kualitas organisasi penghayat masih rendah sehingga menyebabkan banyak yang hilang karena kehabisan generasi.
Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Direktorat Jenderal Kebudayaan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sri Hartini menjelaskan, ada suatu sistem yang tidak bisa dipisahkan dalam mengurusi penghayat kepercayaan. Di antaranya adalah tentang organisasi, ajaran dan sumber daya manusianya.
Dari sisi organisasi, banyak organisasi penghayat yang tiba-tiba hilang. Sehingga, para penganut penghayat kepercayaan itu perlu diberi bekal tentang manajemen keorganisasian.
"Dari sisi organisasi, misalnya, bagaimana memanej (mengelola) organisasiniya. Karena ada organisasi yang tiba-tiba hilang. Tidak ada penganutnya. Karena apa, karena tidak bisa memanej organisasi. Karena, maklum kan pendidikan tidak tinggi. Bahkan ada yang tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis," katanya seusai mengisi Serasehan Daerah Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Kota Malang, Rabu (31/8/2016).
Kemudian dari sisi SDM penghayat cukup beragam. Ada yang sampai lulus SMA, ada juga yang tidak pernah mengenyam pendidikan seperti penghayat yang sudah berusia tua.
Namun begitu, Sri menyebut ada potensi yang harus dikembangkan. Apalagi Kemendikbud memiliki program strategis yang salah satunya adalah untuk peningkatan kualitas penghayat kepercayaan.
"Akan kita tingkatkan nih. Termasuk mendata, apa sih kebutuhan mereka," imbuhnya.
Lalu soal ajaran. Sri menyebut, ajaran penghayat juga mengandung nilai-nilai yang menjadi pedoman dalam berperilaku. Nilai-nilai itu menurutnya juga bisa bermanfaat bagi orang di luar penghayat. Seperti tata cara bagaimana menghadapi orang yang lebih tua.
"Ada nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai yang berhubungan dengan alam semesta. Bahkan ada nilai-nilai bagaimana cara berhubungan dengan yang lebih tua. Berhubungan dengan saudara yang lebih muda. Kalau itu dipakai, watak dan karakter itu tidak perlu mencari kemana-mana. Ada semuanya," jelasnya.
Berdasarkan catatan yang ada di Kemendikbud, Indonesia memiliki 184 organisasi penghayat kepercayaan dengan populasi sekitar 10 juta hingga 12 juta orang.
Penulis: Kontributor Malang, Andi Hartik
Editor : Farid Assifa

Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Wirid Wirayat Jati Ronggowarsito

Banyak orang yang tidak tahu apa sih ilmu sejati itu? Banyak para salik yang mencari suluk untuk mendapatkan ilmu sejati yakni ilmu kasampurnan (kesempurnaan) hidup. Tidak ada salahnya jika kita belajar ilmu kasampurnaan hidup itu dari Raden Ngabehi Ronggowarsito dari Serat Wirid Wirayat Jati yang ditulisnya. Bagaimana ilmu kasampurnan itu? Anênggih punika pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji. (Inilah sebuah petunjuk benar yang menjelaskan ilmu sirr kesempurnaan hidup, yang berakar dari

Agama asli jawa Indonesia

HONG WILAHENG NGIGENO MESTUTI, LUPUTO SARIK LAWAN SANDI, LUPUTO DENDANING TAWANG TOWANG, DJAGAD DEWO BATORO HJANG DJAGAD PRAMUDITO BUWONO LANGGENG AGOMO BUDDODJAWI-WISNU hing TANAH DJOWO ( INDONESIA ) ---oooOooo--- Lambang Cokro Umbul - Umbul Klaras            Wiwitipun ngadeg Agami Buddodjawi-Wisnu wonten ing Suroboyo, nudju dinten Tumpak cemengan (Saptu Wage), tanggal kaping 11 Palguno 1856. (Djumadilawal) utawi tanggal 25 November 1925 mongso kanem, windu sengsoro, Tinengeran condro sangkolo. Ojaging Pandowo Angesti Buddo 1856. Utawi tahun Ismoyo 8756.            Tujuan Agami Buddodjawi-Wisnu anenangi soho angemuti dumateng Agami soho Kabudayan kita ing Indonesia ingkang asli soho murni, kados dene wontenipun negari Modjopait sapanginggil sederengipun wonten Agami penjajahan. Agami Buddodjawi-wisnu puniko mengku punjering Kabudayan Nasional ingkang asli soho murni ing Indonesia. Dene Punjering Kabudayan wau ingkan ngawontenaken adat t

PRIMBON JAWA LENGKAP

Sistim Penanggalan Jawa Sistim Penanggalan Jawa lebih lengkap dan komprehensif apabila dibandingkan dengan sistim penanggalan lainnya, lengkap dan komprehensifnya adalah suatu pembuktian bahwa ketelitian Jawa dalam mengamati kondisi dan pengaruh seluruh alam semesta terhadap planet bumi seisinya termasuk pengaruh kepada pranatan kehidupan manusia, dapat disampaikan antara lain adanya rumusan tata penanggalan jawa sebagai berikut : 1. Pancawara – Pasaran; Perhitungan hari dengan siklus 5 harian : 1. Kliwon/ Kasih 2. Legi / Manis 3. Pahing / Jenar 4. Pon / Palguna 5. Wage / Kresna/ Langking 2. Sadwara – Paringkelan, Perhitungan hari dengan siklus 6 harian 1. Tungle / Daun 2. Aryang / Manusia 3. Wurukung/ Hewan 4. Paningron / Mina/Ikan 5. Uwas / Peksi/Burung 6. Mawulu / Taru/Benih. 3. Saptawara – Padinan, Perhitungan hari dengan siklus 7 harian : 1. Minggu / Radite 2. Senen / Soma 3. Selasa / Anggara 4. Rebo / Budha 5. Kemis / Respati 6. Jemuwah / Sukra 7. Setu / Tumpak/Sa