Skip to main content

SENATOR WEDAKARNA TEGASKAN WARGA PENGHAYAT BUKAN PENDATANG DI NKRI

DPD RI DUKUNG EKSISTENSI PENGHAYAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN
SENATOR WEDAKARNA TEGASKAN WARGA PENGHAYAT BUKAN PENDATANG DI NKRI
Komitmen dan konsistensi sikap dari Senator DPD RI, Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III terhadap perlindungan kelompok minoritas di Indonesia yakni Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa disampaikan saat bertemu dengan generasi muda Penghayat dalam acara yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Ia menyatakan bahwa salah satu kunci dari eksistensi agama asli Nusantara adalah kepercayaan diri yang tinggi diantara warganya, selain memperhatikan pakem pakem organisasi penghayat untuk bisa menjadi wadah yang diterima masyarakat. "Dalam konstitusi kita bahwa apapun agama dan kepercayaan orang Indonesia harus dihormati. Saya tegaskan bahwa jika ada penduduk Indonesia yang tidak beragama sekalipun tapi ia percaya dengan Tuhan YME adalah sama kedudukannya. Jadi saya ingatkan bagi kalangan agama termasuk pengikut agama bahwa tidak benar ada tindakan mempengaruhi agar saudara sebangsa penghayat harus meninggalkan agamanya. Justru agama - agama pendatang harusnya malu dengan agama lokal asli Nusantara. "Ungkap Arya Wedakarna (AWK). Ia pun menyampaikan bahwa agama baru masuk di Nusantara pada abad ke - IV ( Hindu ), VII ( Budha ), XV ( Islam ), XVI ( Kristen dan Katolik) sedangkan agama asli Nusantara seperti Kejawen, Sunda Wiwitan, Kaharingan dan sebagainya adalah agama yang jauh ada sebelum masuknya agama pendatang. "Ingat pesan Bung Karno, kita jangan kualat dengan sejarah, jangan lupa sejarah. Penghayat dan agama lokal adalah bagian dari kekayaan bangsa Indonesia. Jangan lagi ada syiar, misionaris, dharma duta yang mempengaruhi dan mengajak warga penghayat pindah kepercayaan. Jika itu terjadi maka itu tindakan itu melawan Pancasila. Disatu sisi warga penghayat harus jengah, harus percaya diri dan berjuang mati - matian mempertahankan agama leluhur. Saya akan mendukung dan melindungi warga penghayat di Indonesia. "Ungkap AWK yang juga Presiden The Hindu Center Of Indonesia. Iapun mempersilahkan warga penghayat agar menjadikan agama Hindu sebagai pengayom dalam hal melaksanakan berbagai macam kegiatan khususnya ritual. "Saya minta Parisadha dan tokoh Hindu se - Nusantara agar berikan perlindungan dan pengayoman terhadap warga penghayat. Bantu dan ayomi karena agama Hindu adalah agama yang paling paham tentang sistem agama lokal. Hindu adalah ibu dari seluruh agama didunia, dan Hindu tidak pernah merasa dirinya paling benar. Silahkan jika ada ritual, upacara dan kegiatan gandeng seluruh Hindu Indonesia. Silahkan datang dan gunakan candi - candi kita diseluruh Indonesia untuk beracara. Kita sudah punya UU Cagar Budaya No. 11 tahun 2010. Anda bebas dan merdeka melakukan kegiatan keagamaan dan Negara sepatutnya hadir untuk memberi perlindungan. Saya tegaskan sekali lagi bahwa tidak boleh ada diskriminasi minoritas di Republik ini." ungkap AWK yang juga Duta Besar Perdamaian UPF - PBB ini. ( Humas )
Ket. Foto - Senator DPD RI, Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III ketika menjadi narasumber program Direktorat Jendral Kebudayaan Kemendikbud RI






Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Wirid Wirayat Jati Ronggowarsito

Banyak orang yang tidak tahu apa sih ilmu sejati itu? Banyak para salik yang mencari suluk untuk mendapatkan ilmu sejati yakni ilmu kasampurnan (kesempurnaan) hidup. Tidak ada salahnya jika kita belajar ilmu kasampurnaan hidup itu dari Raden Ngabehi Ronggowarsito dari Serat Wirid Wirayat Jati yang ditulisnya. Bagaimana ilmu kasampurnan itu? Anênggih punika pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji. (Inilah sebuah petunjuk benar yang menjelaskan ilmu sirr kesempurnaan hidup, yang berakar dari

Agama asli jawa Indonesia

HONG WILAHENG NGIGENO MESTUTI, LUPUTO SARIK LAWAN SANDI, LUPUTO DENDANING TAWANG TOWANG, DJAGAD DEWO BATORO HJANG DJAGAD PRAMUDITO BUWONO LANGGENG AGOMO BUDDODJAWI-WISNU hing TANAH DJOWO ( INDONESIA ) ---oooOooo--- Lambang Cokro Umbul - Umbul Klaras            Wiwitipun ngadeg Agami Buddodjawi-Wisnu wonten ing Suroboyo, nudju dinten Tumpak cemengan (Saptu Wage), tanggal kaping 11 Palguno 1856. (Djumadilawal) utawi tanggal 25 November 1925 mongso kanem, windu sengsoro, Tinengeran condro sangkolo. Ojaging Pandowo Angesti Buddo 1856. Utawi tahun Ismoyo 8756.            Tujuan Agami Buddodjawi-Wisnu anenangi soho angemuti dumateng Agami soho Kabudayan kita ing Indonesia ingkang asli soho murni, kados dene wontenipun negari Modjopait sapanginggil sederengipun wonten Agami penjajahan. Agami Buddodjawi-wisnu puniko mengku punjering Kabudayan Nasional ingkang asli soho murni ing Indonesia. Dene Punjering Kabudayan wau ingkan ngawontenaken adat t

PRIMBON JAWA LENGKAP

Sistim Penanggalan Jawa Sistim Penanggalan Jawa lebih lengkap dan komprehensif apabila dibandingkan dengan sistim penanggalan lainnya, lengkap dan komprehensifnya adalah suatu pembuktian bahwa ketelitian Jawa dalam mengamati kondisi dan pengaruh seluruh alam semesta terhadap planet bumi seisinya termasuk pengaruh kepada pranatan kehidupan manusia, dapat disampaikan antara lain adanya rumusan tata penanggalan jawa sebagai berikut : 1. Pancawara – Pasaran; Perhitungan hari dengan siklus 5 harian : 1. Kliwon/ Kasih 2. Legi / Manis 3. Pahing / Jenar 4. Pon / Palguna 5. Wage / Kresna/ Langking 2. Sadwara – Paringkelan, Perhitungan hari dengan siklus 6 harian 1. Tungle / Daun 2. Aryang / Manusia 3. Wurukung/ Hewan 4. Paningron / Mina/Ikan 5. Uwas / Peksi/Burung 6. Mawulu / Taru/Benih. 3. Saptawara – Padinan, Perhitungan hari dengan siklus 7 harian : 1. Minggu / Radite 2. Senen / Soma 3. Selasa / Anggara 4. Rebo / Budha 5. Kemis / Respati 6. Jemuwah / Sukra 7. Setu / Tumpak/Sa