Skip to main content

Ribuan Warga Madyopuro Semarakkan Karnaval Budaya Bersih Desa

 
Warga Kelurahan Madyopuro mengenakan pakaian kerajaan dalam menyemarakkan karnaval budaya bersih desa Kelurahan Madyopuro. (Foto : Imam Syafii/MalangTIMES)
Warga Kelurahan Madyopuro mengenakan pakaian kerajaan dalam menyemarakkan karnaval budaya bersih desa Kelurahan Madyopuro. (Foto : Imam Syafii/MalangTIMES)
  

MALANGTIMES - Ribuan warga Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Malang menunjukkan kreativitasnya melalui Karnaval Budaya dan Pembangunan Bersih Desa ke-4 di sepanjang Jalan Danau Jonge, Kelurahan Madyopuro. Minggu, (6/11/2016).
Terlihat, beragam kreativitas dikeluarkan warga dari 17 RT. dan 112 RW ini. Mereka menunjukkan kreativitas kesenian dan budaya kepada penonton yang memadati jalur sepanjang Jalan Danau Jonge.
Para peserta karnaval menampilkan kesenian tarian daerah seperti Tari Topeng Malangan, Bantengan, Kuda Lumping, Reog Ponorogo, ogoh-ogoh dan lain sebagainya.
Tak hanya itu saja, dari kalangan pelajar juga unjuk gigi memainkan musik drum band. Lalu, peserta juga ada yang mengenakan pakaian dari daur ulang plastik.
Uniknya, dalam karnaval tersebut puluhan warga Madyopuro mengenakan pakaian prajurit kerajaan sembari menggotong replika bangunan kerajaan.
Pakaian mereka dilengkapi dengan senjata mengenakan topi mahkota kerajaan, layaknya prajurit yang akan berperang.
Penampilan para peserta karnaval mampu menghipnotis dan menghibur penonton. Antusis dalam kegiatan rutin tahunan ini, sangat tinggi sekali mulai dari anak-anak hingga orang tua yang tampak turut berpartisipasi dalam acara karnaval budaya dan pembangunan bersih desa Kelurahan Madyopuro tersebut.
Ketua Panitia Karnaval Budaya dan Pembangunan Bersih Desa Kelurahan Madyopuro, Novi Andre Susanto menjelaskan kegiatan ini untuk menyamakan visi dan misi warga dalam membangun Kelurahan Madyopuro agar semakin berkembang.
''Peserta karnaval terdiri dari 17 RT. dan 112 RW Kelurahan Madyopuro. Untuk dana sendiri dari swadaya masyarakat sekitar,'' ungkap pria 38 tahun tersebut.
Dia mengatakan, jumlah peserta karnaval sekitar 3 ribu orang yang menampilkan beragam kreativitas kesenian dan budaya.
Dalam kegiatan ini pihaknya akan mengenakan sanksi administrasi bagi warga yang tidak mengikuti kegiatan. ''Alhamdulillah antusias seluruh warga luar biasa dalam meramaikan acara tersebut,'' paparnya

Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Wirid Wirayat Jati Ronggowarsito

Banyak orang yang tidak tahu apa sih ilmu sejati itu? Banyak para salik yang mencari suluk untuk mendapatkan ilmu sejati yakni ilmu kasampurnan (kesempurnaan) hidup. Tidak ada salahnya jika kita belajar ilmu kasampurnaan hidup itu dari Raden Ngabehi Ronggowarsito dari Serat Wirid Wirayat Jati yang ditulisnya. Bagaimana ilmu kasampurnan itu? Anênggih punika pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji. (Inilah sebuah petunjuk benar yang menjelaskan ilmu sirr kesempurnaan hidup, yang berakar dari

Agama asli jawa Indonesia

HONG WILAHENG NGIGENO MESTUTI, LUPUTO SARIK LAWAN SANDI, LUPUTO DENDANING TAWANG TOWANG, DJAGAD DEWO BATORO HJANG DJAGAD PRAMUDITO BUWONO LANGGENG AGOMO BUDDODJAWI-WISNU hing TANAH DJOWO ( INDONESIA ) ---oooOooo--- Lambang Cokro Umbul - Umbul Klaras            Wiwitipun ngadeg Agami Buddodjawi-Wisnu wonten ing Suroboyo, nudju dinten Tumpak cemengan (Saptu Wage), tanggal kaping 11 Palguno 1856. (Djumadilawal) utawi tanggal 25 November 1925 mongso kanem, windu sengsoro, Tinengeran condro sangkolo. Ojaging Pandowo Angesti Buddo 1856. Utawi tahun Ismoyo 8756.            Tujuan Agami Buddodjawi-Wisnu anenangi soho angemuti dumateng Agami soho Kabudayan kita ing Indonesia ingkang asli soho murni, kados dene wontenipun negari Modjopait sapanginggil sederengipun wonten Agami penjajahan. Agami Buddodjawi-wisnu puniko mengku punjering Kabudayan Nasional ingkang asli soho murni ing Indonesia. Dene Punjering Kabudayan wau ingkan ngawontenaken adat t

PRIMBON JAWA LENGKAP

Sistim Penanggalan Jawa Sistim Penanggalan Jawa lebih lengkap dan komprehensif apabila dibandingkan dengan sistim penanggalan lainnya, lengkap dan komprehensifnya adalah suatu pembuktian bahwa ketelitian Jawa dalam mengamati kondisi dan pengaruh seluruh alam semesta terhadap planet bumi seisinya termasuk pengaruh kepada pranatan kehidupan manusia, dapat disampaikan antara lain adanya rumusan tata penanggalan jawa sebagai berikut : 1. Pancawara – Pasaran; Perhitungan hari dengan siklus 5 harian : 1. Kliwon/ Kasih 2. Legi / Manis 3. Pahing / Jenar 4. Pon / Palguna 5. Wage / Kresna/ Langking 2. Sadwara – Paringkelan, Perhitungan hari dengan siklus 6 harian 1. Tungle / Daun 2. Aryang / Manusia 3. Wurukung/ Hewan 4. Paningron / Mina/Ikan 5. Uwas / Peksi/Burung 6. Mawulu / Taru/Benih. 3. Saptawara – Padinan, Perhitungan hari dengan siklus 7 harian : 1. Minggu / Radite 2. Senen / Soma 3. Selasa / Anggara 4. Rebo / Budha 5. Kemis / Respati 6. Jemuwah / Sukra 7. Setu / Tumpak/Sa