NGASA, UPACARA TRADISI DI KAMPUNG BUDAYA JALAWASTU SEBAGAI SALAH SATU ASET BUDAYA DI KABUPATEN BREBES
Dengan wajah berseri, mereka melewati Jembatan Zubaedah bergegas menuju Pesarean Gedong. Sesampainya di sana, beberapa lelaki menggelar tikar. Dan ibu-ibu itupun menaruh makanan di atas tikar secara berjajar. Lelaki tua yang disebut juru kunci Pesarean Gedong Makmur, beserta tetua lainnya dengan berpakaian putih-putih menyusul dibelakang rombongan ibu-ibu pembawa makanan.
Upacara adat Ngasa ini telah dilaksanakan oleh warga secara turun-temurun sejak ratusan tahun silam. Upacara ini sebagai simbol tanda terimakasih kepada Tuhan yang maha kuasa atas segala nikmat yang telah dikaruniakan. “Seperti di daerah pantai ada sedekah laut, di tengah-tengah ada sedekah bumi. Kami yang disini boleh dikata sebagai sedekah gunung,” ujar Dastam.
Upacara adat ini digelar setiap Selasa Kliwon pada Mangsa Kesanga. Gelaran Ngasa ini diadakan dalam kurun satu tahun sekali. Kali pertama, Ngasta digelar sejak masa pemerintahan Bupati Brebes IX Raden Arya Candra Negara.
Yang unik di Dukuh Jalawastu, seluruh rumah yang dibangun semua berdinding kayu dan beratap seng. Rumahnya tidak boleh menggunakan atap genting dan tidak bersemen atau keramik. Selain itu berpantang menanam bawang merah meski Brebes merupakan komoditas utama penghasil bawang merah. Juga tidak boleh menanam kedelai serta memelihara kerbau, domba dan angsa. “Bila yang melanggar maka ada bencana yang menimpa pula,” ungkapnya.
Upacara Tradisi Ngasa kali ini dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah yang diwakili Kasi Nilai Budaya bidang Nilai Budaya Seni dan Film Eny Haryanti S.Pd, M.Pd, Bupati Brebes Hj. Idza Priyanti SE beserta Bapak Kompol Drs. H. Warsidin, Kepala Bagian Humas dan Protokol Drs Atmo Tan Sidik, Kepala Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes, Ir Gatot Rudianto, Camat Ketanggungan, Kepala Desa Cisereuh, Para kepala desa tetangga dan perangkatnya, serta beberapa awak media baik media cetak maupun elektronik.
Comments