Skip to main content
  • Persahabatan Tak Biasa di Sungai Tigris

    DI tepi Sungai Tigris itu Abdurrahman Wahid menyulang kopi tamunya. Sang tamu baru ia kenal pada akhir 1966 di kantor Ar-Rahmadani, perusahaan kecil di Bagdad, Irak, yang mengimpor tekstil dari Eropa dan Amerika. Namanya pendek: Ramin.

    Wahid bekerja sebagai penerjemah surat-menyurat di kantor itu. Ia bekerja dari pukul 11.00 hingga 14.00, waktu longgar untuk mencari uang buat membeli buku dan nonton film, jika tak sedang kuliah di Fakultas Sastra Universitas Bagdad. Gus Dur saat itu 26 tahun. Ramin, teman sebayanya itu, baru diterima bekerja di Ar-Rahmadani.

    Tak ada cara yang indah selain merayakan pertemuan itu di tepi Sungai Tigris. Pada malam hari di akhir pekan, tepian Sungai Tigris sering dipakai untuk pelbagai diskusi. "Gus Dur kerap terlibat dalam diskusi intelektual itu, sebagaimana yang dilakukannya di kedai-kedai kopi di Kairo," tulis Greg Barton, penulis The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid (2002).

    Perkenalan itu, dan kemudian persahabatan mereka, banyak mengubah pandangan Gus Dur tentang bangsa Yahudi. Mahfudz Ridwan, sahabat Gus Dur di Irak yang kini mengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro, Gedangan, Kabupaten Semarang, menyebut persahabatan itu, juga masa empat tahun kuliah di Bagdad (1966-1970), telah mempengaruhi pikiran dan sikap Gus Dur dalam memilih Islam inklusif.

    "Ramin sosok yang supel, berwawasan luas, liberal, dan terbuka," ujar Mahfudz. "Dia juga seorang jurnalis."

    Hampir setiap pekan Ramin dan Gus Dur bertemu membicarakan agama, filsafat, dan politik. Salah satu tempat yang paling sering mereka kunjungi, selain Sungai Tigris, adalah pasar di samping The Hanging Garden. Di sini ada sebuah tempat sepi. Mereka bisa bertukar pikiran dengan tenang.

    Dari Ramin itulah Gus Dur pertama kali mengenal Yudaisme dan pengalaman orang-orang Yahudi. Ramin berbicara ihwal pengalaman diaspora Yahudi, khususnya cobaan berat yang dialami orang-orang Yahudi di Rusia. Ramin, yang berasal dari komunitas kecil Yahudi Irak, juga bercerita tentang sejarah keluarganya yang terdampar di Irak. Ia juga mengajak Wahid mempelajari cabbala, tradisi mistik Yahudi.

    "Dari Ramin itu ia mulai belajar menghormati Yudaisme dan memahami keprihatinan politik dan sosial orang-orang Yahudi yang hidup dalam diaspora sebagai kaum minoritas yang sering disiksa," tulis Barton.

    Menurut Gus Dur, stigma hitam sebagai "bangsa yang dikutuk pada beberapa kitab suci" telah membuat bangsa ini mengkonsolidasi kekuatannya untuk mempengaruhi dunia. "Kita perlu belajar dari semangat orang-orang Yahudi," kata Gus Dur kepada Mahfudz.

    Dengan latar "persahabatan tak biasa" itu-begitu Barton menyebut-Mahfudz tak aneh ketika Gus Dur memimpin Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, ia membuka komunikasi dengan pemerintah Israel. Ia juga menjadi anggota Dewan Pendiri Shimon Peres Peace Center.

    Kontroversi pun muncul. Menurut Ketua Pengurus Besar NU Masdar F. Mas'udi, dalam pikiran Gus Dur, membuka hubungan dengan Israel bukan berarti melegitimasi tindakan Israel terhadap Palestina. "Itu justru membuka peluang Indonesia untuk memainkan peran lebih besar dalam perdamaian di Timur Tengah," ujarnya.

    Tak cuma dengan kalangan Yahudi, kata Mahfudz, Wahid juga bergaul dengan sejumlah ulama Syiah. Menurut Gus Dur, kelompok Sunni, khususnya NU, tak perlu bertentangan secara ekstrem dengan Syiah. "Bahkan, menurut dia, dalam menjalankan tradisi beragama, NU jauh lebih Syi'i daripada Syiah itu sendiri," kata Mahfudz. Ia mencontohkan, dalam tradisi memperingati As-Syura, orang Syiah hanya memperingatinya pada 10 As-Syura. Namun warga nahdliyin memperingatinya pada 1-10 As-Syura.

    Di Bagdad itulah wawasan Gus Dur terbentang. Ia juga kian getol membaca buku. Salah satu yang rajin dia baca adalah Abu Layla Wa Layla karya Ibnu Muqoffa. "Dari buku ini Gus Dur belajar humor dan politik," kata Mahfudz.

    Humor dan kejailan Gus Dur senantiasa muncul di rumah kontrakan yang ia tempati bersama 19 mahasiswa Indonesia. Mahfudz bercerita, setiap 20 hari sekali, Gus Dur mendapat giliran memasak. Menu favoritnya: gulai kepala ikan. Kepala ikan ia beli secara murah dari seorang pedagang ikan. Masyarakat Bagdad ternyata tak suka mengkonsumsi kepala ikan.

    Suatu ketika teman Gus Dur mampir ke pedagang ikan itu. Sang pedagang bilang, "Temanmu aneh. Ia memelihara anjing sampai 20 ekor." Sesampai di kontrakan sang teman marah-marah. Rupanya Gus Dur mengaku kepada sang pedagang: kepala ikan itu menu favorit 20 anjing di rumah kontrakannya.

    Yos Rizal, Yophiandi, Sohirin (Semarang)http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/01/04/OBI/mbm.20100104.OBI132412.id.html






Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Wirid Wirayat Jati Ronggowarsito

Banyak orang yang tidak tahu apa sih ilmu sejati itu? Banyak para salik yang mencari suluk untuk mendapatkan ilmu sejati yakni ilmu kasampurnan (kesempurnaan) hidup. Tidak ada salahnya jika kita belajar ilmu kasampurnaan hidup itu dari Raden Ngabehi Ronggowarsito dari Serat Wirid Wirayat Jati yang ditulisnya. Bagaimana ilmu kasampurnan itu? Anênggih punika pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji. (Inilah sebuah petunjuk benar yang menjelaskan ilmu sirr kesempurnaan hidup, yang berakar dari

PRIMBON JAWA LENGKAP

Sistim Penanggalan Jawa Sistim Penanggalan Jawa lebih lengkap dan komprehensif apabila dibandingkan dengan sistim penanggalan lainnya, lengkap dan komprehensifnya adalah suatu pembuktian bahwa ketelitian Jawa dalam mengamati kondisi dan pengaruh seluruh alam semesta terhadap planet bumi seisinya termasuk pengaruh kepada pranatan kehidupan manusia, dapat disampaikan antara lain adanya rumusan tata penanggalan jawa sebagai berikut : 1. Pancawara – Pasaran; Perhitungan hari dengan siklus 5 harian : 1. Kliwon/ Kasih 2. Legi / Manis 3. Pahing / Jenar 4. Pon / Palguna 5. Wage / Kresna/ Langking 2. Sadwara – Paringkelan, Perhitungan hari dengan siklus 6 harian 1. Tungle / Daun 2. Aryang / Manusia 3. Wurukung/ Hewan 4. Paningron / Mina/Ikan 5. Uwas / Peksi/Burung 6. Mawulu / Taru/Benih. 3. Saptawara – Padinan, Perhitungan hari dengan siklus 7 harian : 1. Minggu / Radite 2. Senen / Soma 3. Selasa / Anggara 4. Rebo / Budha 5. Kemis / Respati 6. Jemuwah / Sukra 7. Setu / Tumpak/Sa

Agama asli jawa Indonesia

HONG WILAHENG NGIGENO MESTUTI, LUPUTO SARIK LAWAN SANDI, LUPUTO DENDANING TAWANG TOWANG, DJAGAD DEWO BATORO HJANG DJAGAD PRAMUDITO BUWONO LANGGENG AGOMO BUDDODJAWI-WISNU hing TANAH DJOWO ( INDONESIA ) ---oooOooo--- Lambang Cokro Umbul - Umbul Klaras            Wiwitipun ngadeg Agami Buddodjawi-Wisnu wonten ing Suroboyo, nudju dinten Tumpak cemengan (Saptu Wage), tanggal kaping 11 Palguno 1856. (Djumadilawal) utawi tanggal 25 November 1925 mongso kanem, windu sengsoro, Tinengeran condro sangkolo. Ojaging Pandowo Angesti Buddo 1856. Utawi tahun Ismoyo 8756.            Tujuan Agami Buddodjawi-Wisnu anenangi soho angemuti dumateng Agami soho Kabudayan kita ing Indonesia ingkang asli soho murni, kados dene wontenipun negari Modjopait sapanginggil sederengipun wonten Agami penjajahan. Agami Buddodjawi-wisnu puniko mengku punjering Kabudayan Nasional ingkang asli soho murni ing Indonesia. Dene Punjering Kabudayan wau ingkan ngawontenaken adat t