Hakekat dari Manunggaling Kawulo Gusti
Manunggaling Kawulo Gusti adalah meniadakan sosok manusia itu menjadikan sebuah kehampaan diri yang tampak hanyalah Allah Swt semata.
Jika kita lihat dari segi penciptaan, manusia tercipta atas rahmat Allah Swt, tumbuh atas rahmat Allah Swt, dapat berbicara atas kehendak Allah, dapat melihat atas kehendak Allah Swt, mendengar atas kehendak Allah Swt, hidup dan bernafas atas kehandak Allah Swt, dan manusia tak memiliki satu apapun di dunia ini melainkan Allah Yang Maha Memiliki, manusia tak memiliki hak apapun, maka dari itu hidup manusia ini juga bukan milik dirinya, bagaimana manusia dapat menyebut bahwa dirinya itu ada dan mempunyai hak? Bagaimana manusia itu dapat menyebut bahwa manusia dapat menghidupi dirinya sendiri? Allahlah satu-satunya yang berkuasa dan berhak menyebut bahwa Allah Swt benar-benar ada.
Manusia adalah se-onggok daging yang lemah, lumpuh, tak berdaya dan mati. Allah Swt telah menghidupkannya, Allah Swt telah meminjamkan Ruh-Nya dan itu bukan hak dan milik kita.
Semua yang ada didunia ini adalah milik-Nya. Kita tak berhak mengatakan bahwa kita memiliki sesuatu. Hidup kita adalah milik-Nya dan kita tidak berhak untuk mengambil dan memilikinya. Kita hanya diwajibkan menjaga milik-Nya. Maka dari itu apakah kita masih bisa berkata bahwa kita itu ada, bahwa kita itu exsis, bahwa kita itu berhak? Kita adalah sebuah kekosongan, dan yang hidup hanyalah Allah Swt.
Maka kembalikanlah diri kita kepada Allah. Kembalikanlah Ruh kita kepada Allah Swt dengan bersih sama ketika kita diberikan pinjaman Ruh yang suci oleh-Nya. Maka disaat kita telah siap untuk mengembalikan Ruh kita kepada Allah Swt saat itu kita akan merasakan kemanunggalan dengan Allah Swt.
Akhirnya kita bertanya : Siapakah Saya? dan Siapakah Allah? Dapatkah Manunggaling Kawulo Gusti?
(Dikutip dari: tulisan Mas Ario di netlog.wordpress.com)
http://imam77.multiply.com/journal/item/16
Manunggaling Kawulo Gusti adalah meniadakan sosok manusia itu menjadikan sebuah kehampaan diri yang tampak hanyalah Allah Swt semata.
Jika kita lihat dari segi penciptaan, manusia tercipta atas rahmat Allah Swt, tumbuh atas rahmat Allah Swt, dapat berbicara atas kehendak Allah, dapat melihat atas kehendak Allah Swt, mendengar atas kehendak Allah Swt, hidup dan bernafas atas kehandak Allah Swt, dan manusia tak memiliki satu apapun di dunia ini melainkan Allah Yang Maha Memiliki, manusia tak memiliki hak apapun, maka dari itu hidup manusia ini juga bukan milik dirinya, bagaimana manusia dapat menyebut bahwa dirinya itu ada dan mempunyai hak? Bagaimana manusia itu dapat menyebut bahwa manusia dapat menghidupi dirinya sendiri? Allahlah satu-satunya yang berkuasa dan berhak menyebut bahwa Allah Swt benar-benar ada.
Manusia adalah se-onggok daging yang lemah, lumpuh, tak berdaya dan mati. Allah Swt telah menghidupkannya, Allah Swt telah meminjamkan Ruh-Nya dan itu bukan hak dan milik kita.
Semua yang ada didunia ini adalah milik-Nya. Kita tak berhak mengatakan bahwa kita memiliki sesuatu. Hidup kita adalah milik-Nya dan kita tidak berhak untuk mengambil dan memilikinya. Kita hanya diwajibkan menjaga milik-Nya. Maka dari itu apakah kita masih bisa berkata bahwa kita itu ada, bahwa kita itu exsis, bahwa kita itu berhak? Kita adalah sebuah kekosongan, dan yang hidup hanyalah Allah Swt.
Maka kembalikanlah diri kita kepada Allah. Kembalikanlah Ruh kita kepada Allah Swt dengan bersih sama ketika kita diberikan pinjaman Ruh yang suci oleh-Nya. Maka disaat kita telah siap untuk mengembalikan Ruh kita kepada Allah Swt saat itu kita akan merasakan kemanunggalan dengan Allah Swt.
Akhirnya kita bertanya : Siapakah Saya? dan Siapakah Allah? Dapatkah Manunggaling Kawulo Gusti?
(Dikutip dari: tulisan Mas Ario di netlog.wordpress.com)
http://imam77.multiply.com/journal/item/16
Comments