Skip to main content

Posts

Menteri Agama: Kolom Agama pada KTP Tetap Digunakan

Menteri Agama: Kolom Agama pada KTP Tetap Digunakan TRIBUNnews.com  –  Kam, 27 Nov 2014 Bagi 3 Tweet 0 Share 0 Konten Terkait Lihat Foto Menteri Agama: Kolom Agama pada KTP Tetap Digunakan TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan pendapatnya bahwa kolom agama yang tercantum di dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) tetap dipertahankan. "Kementerian agama berpandangan kolom agama dalam KTP tetap dipertahankan," ujar Lukman di Kantor Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Kamis (27/11/2014). Lukman menjelaskan, pencatuman kolom agama di dalam KTP itu pun memiliki berbagai persepsi. Ada yang mengusulkan kolom agama hanya bisa diisi oleh enam agama yang diakui oleh Indonesia, namun ada pula kalangan yang menginginkan semua agama atau kepercayaan di luar yang diakui Indonesia bisa dimasukkan. "Ada kalangan yang menghendaki, ya sudah kosongkan saja, tapi

Mengenal Sejarah dan Ajaran Agama Baha'i

Penulis :  Dhuha Hadiansyah Rimanews  - Sampai menjelang berakhirnya masa jabatan sebagai menteri agama, Lukman Hakim Syaifuddin belum mengesahkan secara tertulis pengakuan agama Baha’i di Indonesia. Padahal saat baru menjabat menteri, Juli 2014, Lukman sudah mengeluarkan pernyataan perihal kemungkinan pengesahan agama ini. Isu pengesahan ini mencuat menyusul pernyataan Staf Khusus Menteri Agama Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia Muhammad Machasin. Dia mengabarkan bahwa Kemenag saat ini tengah menginventarisasi keberadaan agama-agama lokal di Indonesia di luar enam agama yang diakui pemerintah, termasuk Baha’i. Setelah inventarisasi, diharapkan terkumpullah data-data yang kelak diperlukan untuk menelaah kemungkinan pengembangan direktorat jenderal tersendiri di bawah Kemenag. Wadah birokrasi baru itu bertujuan mulia, yakni untuk melayani para pemeluk agama-agama lokal itu, yang selama ini terkatung-katung tanpa kepastian dalam pelayanannya. Sejarah agama Baha’i Pend

Kemenag akan Resmikan Baha'i dan Sunda Wiwitan sebagai Agama Baru

Penganut Sunda Wiwitan Editor :  Dhuha Hadiansyah Rimanews  - Kepala Penelitian dan Pengembangan Kemenag sekaligus Staf Khusus Menteri Agama Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia Mahasin mengabarkan bahwa Kemenag saat ini tengah menginventarisasi keberadaan agama-agama lokal di Indonesia di luar enam agama yang diakui pemerintah. Setelah inventarisasi, diharapkan terkumpullah data-data yang kelak diperlukan untuk menelaah kemungkinan pengembangan direktorat jenderal tersendiri di bawah Kemenag. Wadah birokrasi baru itu bertujuan mulia, yakni untuk melayani para pemeluk agama-agama lokal itu, yang selama ini terkatung-katung tanpa kepastian dalam pelayanannya. Dalam praktik pelayanan keberagamaan di Indonesia selama ini, hanya ada enam agama yang diakui negara, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Karena hanya enam yang diakui, agama-agama lokal yang kadang disebut sebagai aliran kepercayaan tidak diakui oleh negara. Agama Baha'i, Parmalin, Sun

Mengenal Agama Asli Indonesia, Sunda Wiwitan

Penulis :  Dhuha Hadiansyah Rimanews -  Isu pengesahan agama-agama lain selain enam agama yang diakui kembali mencuat menyusul pernyataan Staf Khusus Menteri Agama Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia Muhammad Machasin. Dia mengabarkan bahwa Kemenag saat ini tengah menginventarisasi keberadaan agama-agama lokal di Indonesia, termasuk Sunda Wiwitan, di luar enam agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu) yang diakui pemerintah,. Setelah inventarisasi, diharapkan terkumpullah data-data yang kelak diperlukan untuk menelaah kemungkinan pengembangan direktorat jenderal tersendiri di bawah Kemenag. Wadah birokrasi baru itu bertujuan mulia, yakni untuk melayani para pemeluk agama-agama lokal itu, yang selama ini terkatung-katung tanpa kepastian dalam pelayanannya. Lantas, seperti apa agama Sunda Wiwitan yang dimaksud. Berikut adalah sekilas tentang agama tersebut yang dikutip dari berbagai sumber. Sejarah agama Sunda Wiwitan Berbagai literatur menyebut

SABDOPALON PULANG TROWULAN

Setelah mengikuti Tahun Baru 2011 di Pura Besakih, Tahun Baru Imlek 2562, Tahun Baru Saka 1933 dan Upacara di Bali lainnya, Pagi ini 18 Maret jam 6.oo Wita dari Pura Ibu Majapahit Jimbaran Pratima Sabdopalon yang juga dikenal Semar dan 2007 sempat di Kirap dari Rumah Brahmaraja ke Pendopo Agung Trowulan pada acara Suran, diiring kembali ke Trowulan Rombongan dipimpin Pandita Agung Majapahit GRP, Prawiradipura, Juga di Pura majapahit Garuda Wisnu Kencana [GWK] Rombongan yang dipimpin Drs. Komang Artanegara SE sedang bersiap berangkat menuju Trowulan dengan membawa Sesaji dan Pandita Siwa Budha untuk melinggihkan kembali Pratima Sabdopalon di Rumah / Puro / Griyo / Dalem Brahmaraja XI Jalan Brawijaya 15 Trowulan yang juga Pusat Informasi Majapahit Brahmaraja, dan sore Rombongan Pura majapahit GWK ini akan menyusul. Pratima Sabdopalon dipakai Simbul oleh Sri Gautama dari Pare Kadhiri yang berada di Bali 1962 untuk Kepercayaan "Sapto Darmo" , Sri Gautama ada

KALENDER JAWA SESUNGGUHNYA

Tahun Jawa sebelum datangnya agama hindu/budha tidak menyebutkan urutan angka untuk menunjukan tahun ,yang dikenal hanya ganti tahun setiap 12 Bulan/mangsa.yang disebut pranata mangsa.dan terdiri 5 hari yang disebut pasaran yaitu paing,pon,wage,kliwon dan legi. Baru pada pada tahun 1855 masehi ,oleh Mangkunegoro IV tahun jawa dikembalikan lagi untuk mulai berdiri sendiri,karena apa yang di lakukan oleh Sultan agung dengan menggabungkan bulan dan pasaran hari jawa dengan tahun Hijriyah (tahun Islam) tidak bisa sesuai dengan iklim alam jawa ,Sultan Agung semata mata hanya agar tahun baru jawa dan Islam sama waktunya ,akan tetapi banyak ketidak cocokan iklim yang terjadi sebagai patokan bercocok tanam. oleh karena itu pada hari selasa paing tanggal 23 Juni tahun 1855 masehi Mangkunegoro IV berinisiatif mengembalikan tahun 1 bulan 1 tanggal 1 Jawa memisah dengan tahun Islam dan sering di sebut Pranata mangsa Dengan begitu sesungguhnya tahun baru jawa bukan 1 sura/1 muharam atau juga bu

LAKU JAWA

Kejawen maneges adalah agama perilaku bukan agama upacara namun demikian ,...Dalam masyarakat Jawa sejak dahulu sudah dikenal tentang perhitungan weton angka-angka dan tata cara memulai sesuatu. Pada umumnya aliran maneges tidak berbeda jauh dengan perhitungan yang sudah ada, Pada setiap weton hari dan tanggal kelahiran sendiri maka selalu ada acara samadhi dilanjutkan puasa mutih dari matahari terbenam sampai terbenam kembali dan ditutup dengan samadhi kembali. Puasa mutih adalah puasa yang di dahului dengan makan nasi putih sekepal dan minum air putih segelas, selanjutnya tetap makan nasi putih sekepal pagi siang dan sore menjelang buka dengan tetap membiarkan minum air putih selama puasa. Tata cara samadhi adalah duduk bersila,menutup kedua tangan di dada kurang lebih 15-30 menit atau lebih dan berkonsentrasi terhadap kebaikan, ketenangan dan kebahagiaan apapun keadaan yang sedang kita alami.dan mengingat apa perbuatan kita untuk menghindari perbuatan buruk yang menimbulkan ke

TENTANG ANGKA ANGKA

Tentang angka angka kepercayaan Kejawen Maneges bahwa angka di sesuaikan dengan perputaran hari jawa dalam seminggu yang terdiri dari 5 hari,sehingga keberuntungan angka juga selalu dibagi 5 dengan cara di baca bukan di jumlah dengan urutan angka 1 dibaca sri yaitu keberuntungan angka 2 di baca lungguh yaitu kedudukan,keabadian atau kelanggengan angka 3 di baca dunya yaitu rejeki,menuju kekayaan duniawi angka 4 di baca lara yaitu penderitaan angka 5 di baca pati yaitu kematian,kesialan,menimbulkan ketidak baikan di kemudian hari angka 6 kembali ke atas lagi sampai 10 ,angka 0 di baca sama dengan 10 tidak berlaku untuk angka hasil undian,atau pemberian yang memaksa

Candi Magis Siem Reap

Kompleks candi yang mengelilingi kota kecil Siem Reap kini tak lagi tersembunyi. Sekarang, semua orang punya kenalan yang sudah pernah menaiki menara-menara Angkor Wat. Secara de facto, Angkor Wat menjadi kuil utama Kamboja. Menara-menaranya terlihat di tengah bendera Kamboja dan pada label bir nasional, Angkor Beer. Tapi ada ratusan candi di Siem Reap, baik yang sudah rusak atau yang masih terawat. Kecuali Anda berkunjung selama beberapa minggu, tidak mungkin Anda dapat melihat semua candi-candi itu. Berikut adalah tiga candi terfavorit yang saya sarankan untuk Anda kunjungi. Saya tidak memasukkan Angkor Wat untuk dua alasan: 1) Itu bukan favorit saya dan 2) Itu sebuah kompleks candi besar dengan sejarah yang kompleks dan signifikan, sehingga Anda tidak mungkin melewatkannya. Photo credits - dalbera Bayon Bayon dikenal sebagai Candi Muka (Temple of Faces). Ketika Anda mengunjunginya, akan sangat mudah mengetahui alasan di balik nama itu -- saat mendaki tangga batu curam menuju bagian

Agama Tradisional: Kejawèn

1. Pengantar Kepercayaan dan praktek kebatinan kejawèn sudah lama hidup di Jawa. Tetapi, timbulnya aliran-aliran kebatinan sebagai suatu sistem terorganisasi adalah fenomena yang baru. Di lain pihak, zaman yang menjadi obyek tulisan ini zaman modern, karena itu hal yang disoroti dalam tulisan ini bukanlah kepercayaan kejawèn pada umumnya di Jawa, tetapi aliran-aliran kebatinan atau kepercayaan yang telah terorganisasi [1] . Mengingat adanya hubungan dengan masalah bagaimana menilai sifat Islam dalam masyarakat dan kebudayaan Jawa, Clifford Geertz menitikberatkan sifat non-Islam yaitu sifat Hindu, Budha, dan animisme masyarakat dan kebudayaan Jawa [2] . Tetapi, Geertz dikritik, oleh misalnya Mark Woodward [3] , yang mengatakan bahwa masyarakat dan kebudayaan Jawa, pada dasarnya, adalah masyarakat dan kebudayaan Islam. Para kritikus mengritik bahwa Geertz mempunyai konsep Islam yang picik dari reformis Islam. Aliran-aliran kebatinan cenderung dilihat sebagai Islam yang sesa