Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Konsep Kejawen

Puasa-Poso

Puasa Apapun nama dan pelaksanaannya, bila dilakukan dengan niat yang tulus, maka tak mungkin akan membuat manusia yang melakoninya akan celaka. Intinya adalah, ketika seseorang berpuasa dengan ikhlas, maka orang tersebut akan terbersihkan tubuh fisik dan eteriknya dari segala macam kotoran. Bahkan medis mampu membuktikan, betapa puasa memberikan efek yang baik bagi tubuh, terutama untuk mengistirahatkan organ-organ pencernaan. Berbagai Macam Puasa bagi seorang Kejawen 1. Mutih Dalam puasa mutih ini, kita tidak boleh makan apa-apa kecuali hanya nasi putih dan air putih saja. Nasi putihnya pun tidak boleh ditambah apa-apa lagi (seperti gula, garam dll.) jadi betul-betul hanya nasi putih dan air putih saja. Sebelum melakukan puasa mutih ini, biasanya seorang pelaku puasa harus mandi keramas dulu sebelumnya, dan membaca doa : “niat ingsun mutih, mutihaken awak kang reged, putih kaya bocah mentas lahirdipun semua karena Gusti.” 2. Ngeruh Dalam melakoni puasa ini, kita

Petuah-petuah bijak Karya Mpu Prapancha

Dharmadyaksa Ring Kasogatan Majapahit pengarang Kakawin Desawarnnanna atau Nagarakretagama Pupuh IV 1. Karmendriyeka maka manggalanin swacitta. Karmendriyan pinaka marga mamicren suksma. Ndan san huwus wruh i panuksmanikan ya manka. Karmendriya (lima indriya gerak, yaitu peraba tangan, peraba kaki, lidah, rasa kemaluan dan rasa dubur) adalah bagai pemimpin digaris depan. Karmendriya adalah jalan untuk mengenal Suksma (Badan Halus). Maka orang yang telah mengenal Karmendriya-nya dia pun akan mengenal Suksma-nya. 2. Wanten wretatwa wekasin paramatiguhya. Byapin pradhana pada litnika tanpa hinan. Tan dwa wibhajya bahubheda mawreddhi-wreddhi. Nyan pancawinsya saha syatwariwinsya tatwa. Ada ajaran Kesejatian yang menjadi puncak segala rahasia, Pradhana (cikal bakal materi semesta) lahir, sangat kecilnya tiada hingga, dengan segera pecah menjadi bermacam-macam dan berlipat-lipat, menjadi dua puluh lima dan dua pua puluh empat buah intisari (material). 3. Yeka nimittanikanan sah

Petuah-petuah bijak Karya Mpu Prapancha

Petuah-petuah bijak Karya Mpu Prapancha Dharmadyaksa Ring Kasogatan Majapahit pengarang Kakawin Desawarnnanna atau Nagarakretagama Pupuh IV 1. Karmendriyeka maka manggalanin swacitta. Karmendriyan pinaka marga mamicren suksma. Ndan san huwus wruh i panuksmanikan ya manka. Karmendriya (lima indriya gerak, yaitu peraba tangan, peraba kaki, lidah, rasa kemaluan dan rasa dubur) adalah bagai pemimpin digaris depan. Karmendriya adalah jalan untuk mengenal Suksma (Badan Halus). Maka orang yang telah mengenal Karmendriya-nya dia pun akan mengenal Suksma-nya. 2. Wanten wretatwa wekasin paramatiguhya. Byapin pradhana pada litnika tanpa hinan. Tan dwa wibhajya bahubheda mawreddhi-wreddhi. Nyan pancawinsya saha syatwariwinsya tatwa. Ada ajaran Kesejatian yang menjadi puncak segala rahasia, Pradhana (cikal bakal materi semesta) lahir, sangat kecilnya tiada hingga, dengan segera pecah menjadi bermacam-macam dan berlipat-lipat, menjadi dua puluh lima dan dua pua puluh empat buah intisari

Kejawen: Ajaran Untuk Berpola Pikir, Bersikap, dan Berpola Hidup

Kejawen: Ajaran Untuk Berpola Pikir, Bersikap, dan Berpola Hidup Kejawen, pembentukan katanya berasal dari Jawa diimbuhi ke-an, menjadi kejawaan (seperti pembentukan kata "kasepuhan"). Kata kejawaan ini, dengan keluwesan "lidah orang Jawa", meluruh menjadi kejawen. Kejawaan atau kejawen memiliki arti yaitu segala sesuatu yg berhubungan dengan Jawa --dalam hal ini orang Jawa--, dalam segala sendi kehidupan. Kejawen lebih mirip dg kultur Jawa, yang berarti juga melingkupi bagaimana seorang Jawa itu bertingkah polah menjalani hidup. Karena berupa kultur, kejawen juga melingkupi pola pikir serta sikap dan pola kehidupan. Sehingga orang Jawa yang memiliki pola pikir serta sikap dan pola kehidupan dianggap orang yang tidak Jawa (tidak "njawani"). Pola-pola seperti andhap asor (santun), menghormati orang lain, guyub dan suka menolong, bersahaja, hidup dalam harmoni, serta mendekat dengan alam termasuk di dalamnya. Orang Jawa yang egois, kasar/ a

Kejawen: Ajaran Untuk Berpola Pikir, Bersikap, dan Berpola Hidup

Kejawen: Ajaran Untuk Berpola Pikir, Bersikap, dan Berpola Hidup Kejawen, pembentukan katanya berasal dari Jawa diimbuhi ke-an, menjadi kejawaan (seperti pembentukan kata "kasepuhan"). Kata kejawaan ini, dengan keluwesan "lidah orang Jawa", meluruh menjadi kejawen. Kejawaan atau kejawen memiliki arti yaitu segala sesuatu yg berhubungan dengan Jawa --dalam hal ini orang Jawa--, dalam segala sendi kehidupan. Kejawen lebih mirip dg kultur Jawa, yang berarti juga melingkupi bagaimana seorang Jawa itu bertingkah polah menjalani hidup. Karena berupa kultur, kejawen juga melingkupi pola pikir serta sikap dan pola kehidupan. Sehingga orang Jawa yang memiliki pola pikir serta sikap dan pola kehidupan dianggap orang yang tidak Jawa (tidak "njawani"). Pola-pola seperti andhap asor (santun), menghormati orang lain, guyub dan suka menolong, bersahaja, hidup dalam harmoni, serta mendekat dengan alam termasuk di dalamnya. Orang Jawa yang egois, kasar/ a

Manembah marang Gusti Kang Akaryo Jagad

"Sembahyang memasrahkan diri kita pada Y a ng Maha Esa ( bukan Shalat karena Kejawen lahir sebelum Islam, Islam mengggunakan kejawen untuk persebaran agamanya artinya dioleah oleh para wali itu untuk kepentingan syiar. Apa perbedaannya? Ketika kita melakukan sembahyang atau shalat, maka kita bukan mempersembahkan sesuatu pada Allah , tetapi kita justru meminta melulu. Tidak ada persembahan)"   (Menyembang kepada Gusti (Tuhan) yang membuat Dunia seisinya) Masyarakat Kejawen memiliki cara panembah (menyembah Gusti Akaryo Jagad) bermacam-macam. Bagi masyarakat Kejawen, tidak ada ketentuan ataupun cara tertentu dalam melakukan Panembah marang Gusti Akaryo Jagad. Dalam melakukan Panembah, ada empat macam panembah yang ada. Hal itu bisa kita simak dari penggalan Kitab Wedhatama sebagai berikut: Samengko ingsun tutur, Sembah catur supaya lumuntur, Dhihin raga cipta jiwa rasa karsa, Ingkono lamun ketemu, Tandha nugrahaning Manon. (Sekarang aku jelaskan tentang empat macam semb

Manembah marang Gusti Kang Akaryo Jagad

Manembah marang Gusti Kang Akaryo Jagad (Menyembang kepada Gusti (Tuhan) yang membuat Dunia seisinya) Masyarakat Kejawen memiliki cara panembah (menyembah Gusti Akaryo Jagad) bermacam-macam. Bagi masyarakat Kejawen, tidak ada ketentuan ataupun cara tertentu dalam melakukan Panembah marang Gusti Akaryo Jagad. Dalam melakukan Panembah, ada empat macam panembah yang ada. Hal itu bisa kita simak dari penggalan Kitab Wedhatama sebagai berikut: Samengko ingsun tutur, Sembah catur supaya lumuntur, Dhihin raga cipta jiwa rasa karsa, Ingkono lamun ketemu, Tandha nugrahaning Manon. (Sekarang aku jelaskan tentang empat macam sembah. Yaitu Sembah Raga, Sembah Cipta, Sembah Jiwa dan Sembah Rasa. Disitu akan ketemu, tanda rahmatnya GUSTI Akaryo JAgad,Gusti Ingkang Moho Kuwoso-dudu Rojo nanging gusti kang maringin urip lan Mati) Panembah adalah berasal dari kata Sembah yang berarti kita mempersembahkan sesuatu. Tetapi yang terjadi sekarang ini justru kita melakukan sembahyang.Sembahyang artinya meper