Skip to main content

Kades: Wajar KTP Pengikut PBB Nonagama


BANJAR - Keberadaan aliran Paghoiban Budaya Bangsa (PBB) di Kabupaten Banjaran� hingga saat ini masih terus hidup. Organisasi yang baru didirikan satu tahun lalu itu dianggap belum menimbulkan gejolak di masyarakat.
Kepala Desa Kujangsari, Kecamatan Langensari, Kabupaten Banjaran, Jawa Barat Rudiyanto, meyakini aliran tersebut tidak termasuk aliran sesat karena sudah ada secara turun temurun.
"Selama tidak mengganggu dan mereka rukun dengan warga sekitar ya kami tidak bisa berbuat apa-apa kami saling menghormati saja," jelas Rudiyanto.
Mengenai status agama di KTP para pengikut aliran PBB yang dikosongkan menurutnya hal itu lumrah, karena dalam formulir pengisian pembuatan KTP terdapat dua kolom pilihan.
"Dan mereka pilih kolom nonagama. Tidak masalah," terang dia.
Organisasi aliran PBB di Banjaran mulai didirikan pada Agustus 2008 lalu. Aliran yang bermarkas di Desa Kujangsari, Kecamatan Langensari itu memiliki ritual doa semedi. Biasanya para pengikut aliran PBB melakukan ritual secara individu pada pukul 21.00 WIB. Doa semedi dilakukan dengan membaca-baca doa dalam bahasa Jawa.
Sementara itu para pengikut mengikuti ritual secara berjemaah seminggu sekali pada hari Sabtu yang disebut Sabtu Manis. Selain membaca doa mereka juga membakar kemenyan yang dimaksudkan sebagai perantara antara manusia dan Tuhan.

 http://news.okezone.com/read/2009/05/18/1/220830/kades-wajar-ktp-pengikut-pbb-nonagama

Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Wirid Wirayat Jati Ronggowarsito

Banyak orang yang tidak tahu apa sih ilmu sejati itu? Banyak para salik yang mencari suluk untuk mendapatkan ilmu sejati yakni ilmu kasampurnan (kesempurnaan) hidup. Tidak ada salahnya jika kita belajar ilmu kasampurnaan hidup itu dari Raden Ngabehi Ronggowarsito dari Serat Wirid Wirayat Jati yang ditulisnya. Bagaimana ilmu kasampurnan itu? Anênggih punika pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji. (Inilah sebuah petunjuk benar yang menjelaskan ilmu sirr kesempurnaan hidup, yang berakar dari

PRIMBON JAWA LENGKAP

Sistim Penanggalan Jawa Sistim Penanggalan Jawa lebih lengkap dan komprehensif apabila dibandingkan dengan sistim penanggalan lainnya, lengkap dan komprehensifnya adalah suatu pembuktian bahwa ketelitian Jawa dalam mengamati kondisi dan pengaruh seluruh alam semesta terhadap planet bumi seisinya termasuk pengaruh kepada pranatan kehidupan manusia, dapat disampaikan antara lain adanya rumusan tata penanggalan jawa sebagai berikut : 1. Pancawara – Pasaran; Perhitungan hari dengan siklus 5 harian : 1. Kliwon/ Kasih 2. Legi / Manis 3. Pahing / Jenar 4. Pon / Palguna 5. Wage / Kresna/ Langking 2. Sadwara – Paringkelan, Perhitungan hari dengan siklus 6 harian 1. Tungle / Daun 2. Aryang / Manusia 3. Wurukung/ Hewan 4. Paningron / Mina/Ikan 5. Uwas / Peksi/Burung 6. Mawulu / Taru/Benih. 3. Saptawara – Padinan, Perhitungan hari dengan siklus 7 harian : 1. Minggu / Radite 2. Senen / Soma 3. Selasa / Anggara 4. Rebo / Budha 5. Kemis / Respati 6. Jemuwah / Sukra 7. Setu / Tumpak/Sa

Agama asli jawa Indonesia

HONG WILAHENG NGIGENO MESTUTI, LUPUTO SARIK LAWAN SANDI, LUPUTO DENDANING TAWANG TOWANG, DJAGAD DEWO BATORO HJANG DJAGAD PRAMUDITO BUWONO LANGGENG AGOMO BUDDODJAWI-WISNU hing TANAH DJOWO ( INDONESIA ) ---oooOooo--- Lambang Cokro Umbul - Umbul Klaras            Wiwitipun ngadeg Agami Buddodjawi-Wisnu wonten ing Suroboyo, nudju dinten Tumpak cemengan (Saptu Wage), tanggal kaping 11 Palguno 1856. (Djumadilawal) utawi tanggal 25 November 1925 mongso kanem, windu sengsoro, Tinengeran condro sangkolo. Ojaging Pandowo Angesti Buddo 1856. Utawi tahun Ismoyo 8756.            Tujuan Agami Buddodjawi-Wisnu anenangi soho angemuti dumateng Agami soho Kabudayan kita ing Indonesia ingkang asli soho murni, kados dene wontenipun negari Modjopait sapanginggil sederengipun wonten Agami penjajahan. Agami Buddodjawi-wisnu puniko mengku punjering Kabudayan Nasional ingkang asli soho murni ing Indonesia. Dene Punjering Kabudayan wau ingkan ngawontenaken adat t