Skip to main content

LAKU JAWA

Kejawen maneges adalah agama perilaku bukan agama upacara namun demikian ,...Dalam masyarakat Jawa sejak dahulu sudah dikenal tentang perhitungan weton angka-angka dan tata cara memulai sesuatu. Pada umumnya aliran maneges tidak berbeda jauh dengan perhitungan yang sudah ada,

Pada setiap weton hari dan tanggal kelahiran sendiri maka selalu ada acara samadhi dilanjutkan puasa mutih dari matahari terbenam sampai terbenam kembali dan ditutup dengan samadhi kembali.

Puasa mutih adalah puasa yang di dahului dengan makan nasi putih sekepal dan minum air putih segelas, selanjutnya tetap makan nasi putih sekepal pagi siang dan sore menjelang buka dengan tetap membiarkan minum air putih selama puasa.

Tata cara samadhi adalah duduk bersila,menutup kedua tangan di dada kurang lebih 15-30 menit atau lebih dan berkonsentrasi terhadap kebaikan, ketenangan dan kebahagiaan apapun keadaan yang sedang kita alami.dan mengingat apa perbuatan kita untuk menghindari perbuatan buruk yang menimbulkan kesusahan.

Puasa mutih sangat berguna bagi kesehatan tubuh, membersihkan aliran darah selama sebulan lebih mengkonsumsi makanan bebas, mambuka cakra dan aura badan jasmani, memberi ketenangan jiwa dan membuat arah kepastian hidup dengan kunci kebahagiaan.untuk mempermudah datangnya keberuntungan

Samadhi apabila dilakukan dengan benar maka akan menghindarkan dari kecemasan dan ketakutan dan menjadikan jiwa selalu pasrah, sehingga muncul kebahagiaan jiwa dan batin yang sebenarnya.

Samadhi juga bisa diartikan manunggaling badan dan jiwa sehingga jiwa yang merupakan percikan Tuhan dapat menyatu dengan tubuh yang di diami. Karena jiwa mengenali tubuh.

Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Wirid Wirayat Jati Ronggowarsito

Banyak orang yang tidak tahu apa sih ilmu sejati itu? Banyak para salik yang mencari suluk untuk mendapatkan ilmu sejati yakni ilmu kasampurnan (kesempurnaan) hidup. Tidak ada salahnya jika kita belajar ilmu kasampurnaan hidup itu dari Raden Ngabehi Ronggowarsito dari Serat Wirid Wirayat Jati yang ditulisnya. Bagaimana ilmu kasampurnan itu? Anênggih punika pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji. (Inilah sebuah petunjuk benar yang menjelaskan ilmu sirr kesempurnaan hidup, yang berakar dari

PRIMBON JAWA LENGKAP

Sistim Penanggalan Jawa Sistim Penanggalan Jawa lebih lengkap dan komprehensif apabila dibandingkan dengan sistim penanggalan lainnya, lengkap dan komprehensifnya adalah suatu pembuktian bahwa ketelitian Jawa dalam mengamati kondisi dan pengaruh seluruh alam semesta terhadap planet bumi seisinya termasuk pengaruh kepada pranatan kehidupan manusia, dapat disampaikan antara lain adanya rumusan tata penanggalan jawa sebagai berikut : 1. Pancawara – Pasaran; Perhitungan hari dengan siklus 5 harian : 1. Kliwon/ Kasih 2. Legi / Manis 3. Pahing / Jenar 4. Pon / Palguna 5. Wage / Kresna/ Langking 2. Sadwara – Paringkelan, Perhitungan hari dengan siklus 6 harian 1. Tungle / Daun 2. Aryang / Manusia 3. Wurukung/ Hewan 4. Paningron / Mina/Ikan 5. Uwas / Peksi/Burung 6. Mawulu / Taru/Benih. 3. Saptawara – Padinan, Perhitungan hari dengan siklus 7 harian : 1. Minggu / Radite 2. Senen / Soma 3. Selasa / Anggara 4. Rebo / Budha 5. Kemis / Respati 6. Jemuwah / Sukra 7. Setu / Tumpak/Sa

Agama asli jawa Indonesia

HONG WILAHENG NGIGENO MESTUTI, LUPUTO SARIK LAWAN SANDI, LUPUTO DENDANING TAWANG TOWANG, DJAGAD DEWO BATORO HJANG DJAGAD PRAMUDITO BUWONO LANGGENG AGOMO BUDDODJAWI-WISNU hing TANAH DJOWO ( INDONESIA ) ---oooOooo--- Lambang Cokro Umbul - Umbul Klaras            Wiwitipun ngadeg Agami Buddodjawi-Wisnu wonten ing Suroboyo, nudju dinten Tumpak cemengan (Saptu Wage), tanggal kaping 11 Palguno 1856. (Djumadilawal) utawi tanggal 25 November 1925 mongso kanem, windu sengsoro, Tinengeran condro sangkolo. Ojaging Pandowo Angesti Buddo 1856. Utawi tahun Ismoyo 8756.            Tujuan Agami Buddodjawi-Wisnu anenangi soho angemuti dumateng Agami soho Kabudayan kita ing Indonesia ingkang asli soho murni, kados dene wontenipun negari Modjopait sapanginggil sederengipun wonten Agami penjajahan. Agami Buddodjawi-wisnu puniko mengku punjering Kabudayan Nasional ingkang asli soho murni ing Indonesia. Dene Punjering Kabudayan wau ingkan ngawontenaken adat t