Skip to main content

Posts

What Kejawen ???

Menurut Yahoo Answers: Kejawen bisa dijelaskan dari 2 sisi yaitu ajaran dan spiritualnya. Ajaran : Kejawen adalah Asimilasi kebudayaan jawa asli dgn Agama Hindu dgn konsep keTuhanan yang esa tapi masih menggunakan karakter/tokoh pewayangan dalam cerita mahabarata/baratayudha. Spiritual/Ilmu Ghaib : Asimilasi antara adat spiritual jawa dgn spiritual Hindu, sumber energi dari alam tapi melalui karakter spesifik. Sebenarnya tidak ada hubungannya dgn Islam karena Kejawen mengambil dasar ajaran Hindu, tapi dgn perkembangan jaman ada banyak hal dalam kejawen yang diasimilasikan dgn Islam agar tidak terjadi benturan yang bisa merugikan Islam. Ajaran Kejawen asli itu bisa dipelajari dari Sabdopalon Noyogenggong. Menurut SK Trimurti , Pemimpin umum Majalah Mawas Diri ada 4 macam ngelmu kejawen. Pertama , kanuragan, semacam ilmu untuk memperoleh kesaktian fisik. Kedua, yang disebut ilmu gaib, yang berkat sesultu 'ilmu', orang lantas bisa mengobati dan sebagainya. Ke

Sawito meramal datangnya zaman ...

Tempo,16 Oktober 1976 SAWITO bukan orang pendiam. Ia dapat berbicara panjang dengan gaya terbuka. Tinggi sekitar 168 senti dan berat sekitar 67 dengan cambang yang dibiarkan menggaris pipinya yang montok cembung, ia tidak memikat. Tapi ia bisa persuasif. Orang mudah terbawa mengikuti permintaannya -- meskipun kemudian mungkin menyesal. Watak seperti ini bukan luar biasa. Sebuah sumber yang dekat dengannya menyatakan bahwa ia tak memakai sirep atau sihir apapun dalam memperoleh tandatangan para tokoh untuk naskahnya yang "menghebohkan" itu. Kalau bisa pakai sihir. Kenapa tak disihirnya saja tokoh-tokoh lain? Tanpa keanehan itu pun isi pikiran Sawito mungkin agak ganjil bagi banyak orang. Ini ternyata dari karangan-karangannya. Beberapa karyanya dimuat dalam majalah Mawas Diri, bulanan yang dipimpin Dra. S.K. Trimurti dan banyak membuat tulisan filsafat terutama yang mencerminkan pandangsn hidup kebatinan dan keagam

Sawito meramal datangnya "zaman ...

Tempo,16 Oktober 1976 SAWITO bukan orang pendiam. Ia dapat berbicara panjang dengan gaya terbuka. Tinggi sekitar 168 senti dan berat sekitar 67 dengan cambang yang dibiarkan menggaris pipinya yang montok cembung, ia tidak memikat. Tapi ia bisa persuasif. Orang mudah terbawa mengikuti permintaannya -- meskipun kemudian mungkin menyesal. Watak seperti ini bukan luar biasa. Sebuah sumber yang dekat dengannya menyatakan bahwa ia tak memakai sirep atau sihir apapun dalam memperoleh tandatangan para tokoh untuk naskahnya yang "menghebohkan" itu. Kalau bisa pakai sihir. Kenapa tak disihirnya saja tokoh-tokoh lain? Tanpa keanehan itu pun isi pikiran Sawito mungkin agak ganjil bagi banyak orang. Ini ternyata dari karangan-karangannya. Beberapa karyanya dimuat dalam majalah Mawas Diri, bulanan yang dipimpin Dra. S.K. Trimurti dan banyak membuat tulisan filsafat terutama yang mencerminkan pandangsn hidup kebatinan dan kea

Penghakiman Sawito oleh Pemerintah Suharto

16 Oktober 1976 Memburu "wangsit": untuk kekuasaan ... PERKARA Sawito nampaknya bukan perkara remeh. Buktinya, dengar saja pernyataan-pernyataan resmi sampai pekan lalu. Dalam pidato di hari 5 Oktober tak kurang dari Presiden Soeharto yang menyebutnya sebagai "Gerakan Sawito". Kepala Staf Kopkamtib Laksamana Sudomo sementara itu di Surabaya Kamis minggu lalu bahkall menunjuk "gerakan Sawito" itu sebagai suatu contoh "revolusi istana". Beberapa jam sebelumnya Menteri Dalam Negeri Amir Machmud di Bengkulu menyatakan bahwa Sawito diperalat "orang-orang ASU". Dan meskipun Presiden menegaskan bahwa tidak ada kesatuan ABRI yang terlibat dalam "gerakan Sawito", belum terjawab pasti apakah ada oknum ABRI yang tersangkut. "Masih dalam pengusutan". jawab Kepala BAKIN Yoga Sugama kepada pers. Sementara beberapa data baru tentang diri Sawito mulai terungkapkan. Tapi umumnya lewa

Penghakiman Sawito oleh Pemerintah Suharto

16 Oktober 1976 Memburu "wangsit": untuk kekuasaan ... PERKARA Sawito nampaknya bukan perkara remeh. Buktinya, dengar saja pernyataan-pernyataan resmi sampai pekan lalu. Dalam pidato di hari 5 Oktober tak kurang dari Presiden Soeharto yang menyebutnya sebagai "Gerakan Sawito". Kepala Staf Kopkamtib Laksamana Sudomo sementara itu di Surabaya Kamis minggu lalu bahkall menunjuk "gerakan Sawito" itu sebagai suatu contoh "revolusi istana". Beberapa jam sebelumnya Menteri Dalam Negeri Amir Machmud di Bengkulu menyatakan bahwa Sawito diperalat "orang-orang ASU". Dan meskipun Presiden menegaskan bahwa tidak ada kesatuan ABRI yang terlibat dalam "gerakan Sawito", belum terjawab pasti apakah ada oknum ABRI yang tersangkut. "Masih dalam pengusutan". jawab Kepala BAKIN Yoga Sugama kepada pers. Sementara beberapa data baru tentang diri Sawito mulai terungkapkan. Tapi umumnya

Gerakan Kebatinan Dalam Masyarakat Jawa: Sebuah Budaya atau Sebuah Agama Baru?

Para ahli Antropologi dan Sosiologi meyakini bahwa masyarakat Jawa terbagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kepercayaan dan amal agamanya. Beberapa ahli mencoba merumuskan pembagian keompok itu, yang paling terkenal adalah kategorisasi yang dibuat Geertz. Ia mengelompokkan masyarakat Jawa ke dalam kategori sebagai berikut: 1. Santri, yakni golongan masyarakat Jawa yang beragama Islam dan memegang teguh syariat Islam. Mengerjakan segala kewajiban, semacam Shalat, Zakat, Puasa, dan meninggalkan segala keharaman, tidak makan babi, tidak membuat sesajen, dan sebagainya. 2. Abangan, yakni golongan masyarakat Jawa yang beragama Islam namu kurang memegang teguh syariat Islam. Mereka yang tergolong dalam kategori ini tidak shalat, puasa, dan sebagainya. Masih mengerjakan amalan-amalan berbau Hindu semacam sesajen, grebegan, dan lainnya. 3. Priyayi, yakni golongan masyarakat Jawa yang tergolong sebagai darah biru, atau bangsawan. Mereka menempati posisi yang dimuliakan