Skip to main content

Posts

Falsafah Jawa, Kejawen dan Islam

Falsafah Jawa, Kejawen dan Islam 17 June, 2006Posted by netlog in Islam dan Kejawen . 5 comments JAWA dan kejawen seolah tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kejawen bisa jadi merupakan suatu sampul atau kulit luar dari beberapa ajaran yang berkembang di Tanah Jawa, semasa zaman Hinduisme dan Budhisme. Dalam perkembangannya, penyebaran islam di Jawa juga dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu, bahkan terkadang melibatkan aspek kejawen sebagai jalur penyeranta yang baik bagi penyebarannya. Walisongo memiliki andil besar dalam penyebaran islam di Tanah Jawa. Unsur-unsur dalam islam berusaha ditanamkan dalam budaya-budaya jawa semacam pertunjukan wayang kulit, dendangan lagu-lagu jawa , ular-ular ( putuah yang berupa filsafat), cerita-cerita kuno, hingga upacara-upacara tradisi yang dikembangkan,khususnya di Kerjaan Mataram (Yogya/Solo). Dalam pertunjukan wayang kulit yang paling dikenal adalah cerita tentang Serat Kalimasada (lembaran yang berisi mantera/sesuatu yang sakral) yang

Agama Islam dan Agama Kejawen: Beda Kulit Sama Isi

Berita - 09/03/2006 08:36 Agama Kejawen: Beda Kulit Sama Isi Muhtadin (sebelah kiri) dan Ali Sobirin (sebelah kanan) di ruangan studio 103,4 FM D' Radio pada acara Talkshow Perspektif Progresif Jakarta – JIE. “Islam dan Kejawen hampir tidak ada bedanya”. Demikian ungkap Ali Sobirin, peneliti Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Jakarta, dalam acara Talkshow Perspektif Progresif, Rabu malam (08/03). Diskusi buku yang diadakan atas kerjasama P3M dengan 103.4 D. Radio FM ini berjalan penuh gelak tawa dan guyonan-guyonan Jawa. Diskusi yang dipandu Muhtadin AR. ini membedah buku berjudul Islam Kejawen karya M. Hariwijaya, Dosen pada Institut Budaya Jawa Yogyakarta. Kejawen adalah sebuah keyakinan (agama) yang dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa. Sekarang ini, banyak sekali ajaran-ajaran kejawen yang bersinggungan dengan ajaran Islam, di mana kita hampir tidak bisa membedakan antara keduanya. Menurut kamus bahasa Inggris, is

Islam Kejawen: Beda Kulit Sama Isi

Berita - 09/03/2006 08:36 Islam Kejawen: Beda Kulit Sama Isi Muhtadin (sebelah kiri) dan Ali Sobirin (sebelah kanan) di ruangan studio 103,4 FM D' Radio pada acara Talkshow Perspektif Progresif Jakarta – JIE. “Islam dan Kejawen hampir tidak ada bedanya”. Demikian ungkap Ali Sobirin, peneliti Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Jakarta, dalam acara Talkshow Perspektif Progresif, Rabu malam (08/03). Diskusi buku yang diadakan atas kerjasama P3M dengan 103.4 D. Radio FM ini berjalan penuh gelak tawa dan guyonan-guyonan Jawa. Diskusi yang dipandu Muhtadin AR. ini membedah buku berjudul Islam Kejawen karya M. Hariwijaya, Dosen pada Institut Budaya Jawa Yogyakarta. Kejawen adalah sebuah keyakinan yang dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa. Sekarang ini, banyak sekali ajaran-ajaran kejawen yang bersinggungan dengan ajaran Islam, di mana kita hampir tidak bisa membedakan antara keduanya. Menurut kamus bahasa Inggris, istilah Ke

Apakah dengan Membunuh Organisasi, Aliran Kepercayaan Akan Mati

Wawancara Zahid Hussein: Apakah dengan Membunuh Organisasi, Aliran Kepercayaan Akan Mati Sekelompok orang yang menamakan diri Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) Rabu, 5 November lalu, mendatangi gedung DPR-RI. Mereka meminta kepada MPR agar aliran kebatinan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dicabut dari GBHN 1998. Jika tidak, menurut KISDI, akan menimbulkan ekses buruk: masih banyak penganut aliran kepercayaan yang ngotot bertahan dan menolak kembali ke agamanya masing-masing. Pendeknya, KISDI khawatir aliran ini akan membentuk agama baru. Tentu saja ini perkara sensitif bagi negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini. Tapi, benarkah para penghayat itu berniat mengembangkan alirannya menjaid semacam agama baru? Zahid Hussein, 73 tahun, Ketua Himpunan Penghayat Kepercayaan, mencoba menjelaskan permasalahan tersebut kepada Iwan Setiawan dari TEMPO Interaktif, lewat bincang-bincang, Jumat, 14 November lalu, di ruang kerjanya, Gedung Granadi, Kuning

Apakah dengan Membunuh Organisasi, Aliran Kepercayaan Akan Mati

Wawancara Zahid Hussein: Apakah dengan Membunuh Organisasi, Aliran Kepercayaan Akan Mati Sekelompok orang yang menamakan diri Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) Rabu, 5 November lalu, mendatangi gedung DPR-RI. Mereka meminta kepada MPR agar aliran kebatinan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dicabut dari GBHN 1998. Jika tidak, menurut KISDI, akan menimbulkan ekses buruk: masih banyak penganut aliran kepercayaan yang ngotot bertahan dan menolak kembali ke agamanya masing-masing. Pendeknya, KISDI khawatir aliran ini akan membentuk agama baru. Tentu saja ini perkara sensitif bagi negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini. Tapi, benarkah para penghayat itu berniat mengembangkan alirannya menjaid semacam agama baru? Zahid Hussein, 73 tahun, Ketua Himpunan Penghayat Kepercayaan, mencoba menjelaskan permasalahan tersebut kepada Iwan Setiawan dari TEMPO Interaktif, lewat bincang-bincang, Jumat, 14 November lalu, di ruang kerjanya, Gedung Granadi, Kuning