Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Tokoh

Drs Sutanto Pranoto MM: SAYA merupakan satu-satunya anggota DPR RI yang dilantik menurut janji Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

' SAYA merupakan satu-satunya anggota DPR RI yang dilantik menurut janji Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Itu yang pertama dan selama ini tidak ada.'' Begitu pengakuan mantan anggota DPR RI Drs Sutanto Pranoto MM dalam sebuah diskusi aliran kepercayaan di UKSW Salatiga, Selasa (5/2). Menurutnya, tidak ada tendensi apapun dalam memilih aliran kepercayaan itu sebagai ''agama'' bagi mantan dosen Pascasarjana Undip Semarang itu. Pasal 29 UUD 45 ayat 1, kata dia, secara jelas menyebutkan negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. ''Sudah jelaskan bunyi UUD 45 itu, bahwa aliran kepercayaan diperbolehkan!'' serunya. Dia dilantik DPR RI dari PDI-P sebagai pengganti antarwaktu (PAW), setelah Wijanarko Puspoyo menjadi kepala Bulog. Berita pelantikan pada 27 Maret 2002 itu ditandat

Sawito meramal datangnya zaman ...

Tempo,16 Oktober 1976 SAWITO bukan orang pendiam. Ia dapat berbicara panjang dengan gaya terbuka. Tinggi sekitar 168 senti dan berat sekitar 67 dengan cambang yang dibiarkan menggaris pipinya yang montok cembung, ia tidak memikat. Tapi ia bisa persuasif. Orang mudah terbawa mengikuti permintaannya -- meskipun kemudian mungkin menyesal. Watak seperti ini bukan luar biasa. Sebuah sumber yang dekat dengannya menyatakan bahwa ia tak memakai sirep atau sihir apapun dalam memperoleh tandatangan para tokoh untuk naskahnya yang "menghebohkan" itu. Kalau bisa pakai sihir. Kenapa tak disihirnya saja tokoh-tokoh lain? Tanpa keanehan itu pun isi pikiran Sawito mungkin agak ganjil bagi banyak orang. Ini ternyata dari karangan-karangannya. Beberapa karyanya dimuat dalam majalah Mawas Diri, bulanan yang dipimpin Dra. S.K. Trimurti dan banyak membuat tulisan filsafat terutama yang mencerminkan pandangsn hidup kebatinan dan keagam

Penghakiman Sawito oleh Pemerintah Suharto

16 Oktober 1976 Memburu "wangsit": untuk kekuasaan ... PERKARA Sawito nampaknya bukan perkara remeh. Buktinya, dengar saja pernyataan-pernyataan resmi sampai pekan lalu. Dalam pidato di hari 5 Oktober tak kurang dari Presiden Soeharto yang menyebutnya sebagai "Gerakan Sawito". Kepala Staf Kopkamtib Laksamana Sudomo sementara itu di Surabaya Kamis minggu lalu bahkall menunjuk "gerakan Sawito" itu sebagai suatu contoh "revolusi istana". Beberapa jam sebelumnya Menteri Dalam Negeri Amir Machmud di Bengkulu menyatakan bahwa Sawito diperalat "orang-orang ASU". Dan meskipun Presiden menegaskan bahwa tidak ada kesatuan ABRI yang terlibat dalam "gerakan Sawito", belum terjawab pasti apakah ada oknum ABRI yang tersangkut. "Masih dalam pengusutan". jawab Kepala BAKIN Yoga Sugama kepada pers. Sementara beberapa data baru tentang diri Sawito mulai terungkapkan. Tapi umumnya lewa

Surat Terbuka Djohan Effendi

Jakarta, 7 Agustus 2010 Kepada Yang Terhormat Para Petinggi Negara RI! Para Pemuka Agama! Para Pemimpin Parpol dan Ormas!! Para Cerdik Cendekia dan Tokoh Masyarakat! ---“Berilah kami tempat, Bapak Wali Kota, di mana saja di wilayah kota Mataram ini, di pinggiran yang dianggap angker banyak setannya sekalipun, atau di pekuburan-pekuburan, yang penting kami dapat keluar dari penampungan, hidup normal, menghirup udara kebebasan dan kemerdekaan. Atau, jika telah dianggap menodai agama, telah melanggar UU No.1 PNPS/1/1965, sebagaimana selama ini diancamkan, jebloskanlah kami, Bapak Wali Kota, ke dalam penjara. Kami seluruh warga Ahmadi, pengungsi laki-laki, perempuan, tua, muda maupuan anak-anak, lahir batin, ikhlas dipenjara, tanpa proses hukum sekalipun. Atau jika sama sekali tidak ada tempat bagi kami, di ruang penjara tidak ada tempat bagi kami, di pekuburan-pekuburan juga tidak ada tempat bagi kami, maka galikanlah bagi kami, Bapak Wali Kota, kuburan. Kami seluruh warga Ahmadi pengungs

Friedrich Silaban (1912-1984): Seorang Kristen Arsitek Istiqlal

Friedrich Silaban (1912-1984) Nama: Friedrich Silaban Lahir: Bonandolok-Sumatera Utara, 16 Desember 1912 Wafat: Jakarta, 14 Mei 1984 Agama: Kristen Protestan Istri: Letty Kievits Anak: 10 orang Ayah: Jonas Silaban. Ibu:Noria boru Simamora Profesi:Arsitek Julukan: "By the grace of God " Pendidikan: = H.I.S. di Narumonda Tapanuli, tamat tahun 1927, = K.W.S. (Koningen Wilhelmina School) di Jakarta, tamat 1931 = Academic van Bouwkunst Amsterdam, Belanda (1950) Pengalaman Pekerjaan: = Pegawai Kotapraja Batavia = Opster Zeni AD Belanda = Kepala Zenie di Pontianak Kalimantan Barat (1937) = Kepala DPU Kotapraja Bogor hingga 1965. = Wakil Kepala Proyek Pembangunan Mesjid Istiqlal Jakarta sampai akhir hayatnya Tanda Kehormatan: = Satya Lencana Pembangunan yang disematkan oleh Presiden Sukarno (1962) = Honorary Citizen (warga negara kehormatan) dari New Orleans, Amerika Serikat. = Qubah Mesjid Istiqlal telah diakui Universitas Darmstadt, Jerman Barat sebagai hak cipta Sil

TOKOH Islam Pruralis

Oleh : Ustadz Hartono Ahmad Jaiz Salah seorang terkemuka dari kalangan yang nyeleneh (aneh pendapatnya) dan bahkan orang-orang yang nyeleneh pun mengakuinya, sebagai orang yang berperan penting yang Dawam Rahardjo sebut liberalisme Islam (dalam menumbuhkan kenyelenehan?) adalah Mukti Ali guru besar IAIN Jogjakarta. Ini paling kurang adalah seperti yang diakui oleh Dawam Rahardjo di antaranya ditulis Koran Republika. Mukti Ali Cap buruk dari masyarakat belum sempat melekat di dalam nama Mukti Ali semasa hidupnya. Tetapi tokoh yang belum menerima gelar-gelar buruk itupun telah melakukan sebongkah pembelaan dan bahkan penumbuhkembangan perusakan Islam secara sistematis di Indonesia lewat pendidikan tinggi Islam dan karya tulis yang "merusak Islam" secara terang-terangan, yaitu membela dan bahkan sebagai pemberi kata pengantar buku yang merusak aqidah Islam, berjudul Catatan Harian Ahmad Wahib, 1982. Apalagi mereka-mereka yang oleh masyarakat sudah diberi cap buruk