Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Hindhu Jawa

Kebangkitan Gerakan Agama Hindu di Jawa, Indonesia

Oleh Thomas Reuter Selama 1000 tahun, kerajaan2 Hindu subur di Jawa, sampai datangnya Islam di abad ke 15. Tetapi, di tahun 1970-an, bangkit kembali sebuah gerakan Hindu yg menyebar ke seluruh kepulauan Indonesia. Agama Hindu bahkan mendapat lebih banyak pengikut di saat negara sedang menghadapi berbagai krisis, terutama di Jawa, pusat politik di Indonesia. Berdasarkan riset etnografis atas lima kelompok masyarakat pada candi2 Hindu besar, tulisan ini menelaah sejarah politik dan dinamika sosial bangkitnya kembali agama Hindu di Jawa. Saya tertarik pada Jawa setelah melakukan penelitian selama 10 tahun di Bali. Kebanyakan masyarakat Bali menganggap diri mereka sebagai keturunan kaum ningrat kerajaan Hindu Jawa Majapahit yang menaklukkan Bali di abad ke 14. Jumlah orang Bali yang berziarah ke kuil2 Hindu di Jawa semakin bertambah. Malah mereka sering terlibat dalam pembangunan kuil2 dan pelaksanaan ibadah Hindu baru di Jawa. Mereka juga mendominasi perwakilan kaum Hindu di tara

KEBANGKITAN "HINDU JAWA"

KEBANGKITAN "HINDU JAWA" Tirta puspa lawan dupa/ Kumelun ngambar arum mawar, Katur Hyang Kawasa/ Ratu-ratuning narendra/ Ninging nala, nanging rumegung nala sru sumenyut/ Mugi sihing padukendra/ Pasinga cahya rahayu.... Nyanyian "Panjang Ilang" yang dilantunkan secara kor oleh para sisya (umat) yang terdiri dari pria dan wanita setengah baya yang mengenakan busana dan ikat kepala warna hitam, diiringi tabuhan gamelan satu-satu itu lebih mirip dengungan serangga. Menggema di antara perbukitan yang didominasi tanaman teh yang mengurung lokasi upacara palebon atau ngaben di Padepokan Segaragunung, Ngargoyoso, Karanganyar, Senin (15/2) siang. Suara nyanyian mereka monoton, berirama tlutur (sedih), mengalun-tersendat. Menimbulkan suasana khidmat sekaligus mistis, mengiringi hampir sepanjang upacara palebon jenazah Rama Pandita Djajakoesoema dan Ratu Pandita Estri. Upacara ini dilaksanakan di area ukuran 4 meter x 15 meter yang berlereng curam, di ujung padepokan sederhan

KEBANGKITAN "HINDU JAWA"

KEBANGKITAN "HINDU JAWA" Tirta puspa lawan dupa/ Kumelun ngambar arum mawar, Katur Hyang Kawasa/ Ratu-ratuning narendra/ Ninging nala, nanging rumegung nala sru sumenyut/ Mugi sihing padukendra/ Pasinga cahya rahayu.... Nyanyian "Panjang Ilang" yang dilantunkan secara kor oleh para sisya (umat) yang terdiri dari pria dan wanita setengah baya yang mengenakan busana dan ikat kepala warna hitam, diiringi tabuhan gamelan satu-satu itu lebih mirip dengungan serangga. Menggema di antara perbukitan yang didominasi tanaman teh yang mengurung lokasi upacara palebon atau ngaben di Padepokan Segaragunung, Ngargoyoso, Karanganyar, Senin (15/2) siang. Suara nyanyian mereka monoton, berirama tlutur (sedih), mengalun-tersendat. Menimbulkan suasana khidmat sekaligus mistis, mengiringi hampir sepanjang upacara palebon jenazah Rama Pandita Djajakoesoema dan Ratu Pandita Estri. Upacara ini dilaksanakan di area ukuran 4 meter x 15 meter yang berlereng curam, di ujung padepokan sederhan