Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Kejawen Tri Tunggal

Kirab Pathok Negoro Mahesa Lawung Paguyuban Tri Tunggal Jogjakarta

SEBUAH PROSESI AGUNG MENJAGA KULTUR BANGSA DAN NEGARA Malam 1 Suro, bagaikan malam paling sakral dari sekian banyak malam di Jawa. Berbagai ritual digelar pada waktu hampir bersamaan di banyak daerah. Demikian pula para insan spiritualis, tak ketinggalan menggelar sejumlah prosesi ritual dengan berbagai tata dan cara seperti Kirab Pathok Negaro berikut ini. Tri Tunggal sudah tak asing lagi di Jogjakarta. Paguyuban spiritual ini nyaris tak pernah absen dari berbagai gelar seni dan budaya spiritual. Baik berskala besar atau kecil, gelar ritual Paguyuban Tri Tunggal selalu mengusung derap Pathok Negoro sebagai basis kekuatan bangsa ini yang diakui multikultural dan plural. Pathok Negoro tak lain adalah serangkaian dasar Negara RI. Mulai dari UUD 1945, Pancasila dan berbagai peraturan serta perundangan lain. Sumber dari segala sumber kekuatan bangsa yang plural ini sengaja disimbolkan dalam Kirab Pathok Negoro, sebagai upaya penyadaran kontinyu terhadap masyarakat akan keberagaman bangsa.

Kirab Pathok Negoro Mahesa Lawung

--> MALAM 1 SURO, MINGGU 28 DESEMBER Menyambut tahun baru Jawa 1942 Je, Paguyuban Tri Tunggal Yogyakarta bakal menggelar Kirab Pathok Negoro Mahesa Lawung, Minggu malam 28 Desember. Ritual Kirab Pathok Megoro sudah menjadi rutinitas paguyuban yang berjuang menggali dan memasyarakatkan kembali budaya-budaya luhur warisan nenek moyang ini. Setiap Kirab Pathok Negoro diselenggarakan, ribuan peserta mengikuti ritual budaya ini dengan khidmad. Menurut Romo Sapto, pihaknya tak sekadar menampilkan kembali prosesi budaya. “Kami mencoba memberi pemahaman yang rasional tentang makna atau pesan yang disampaikan melalui prosesi-prosesi adat melalui penyebaran brosur. Diharapkan masyarakat bisa memahami makna dari sebuah prosesi budaya,”katanya. Pimpinan Paguyuban Tri Tunggal ini menambahkan, sosialisasi makna dibalik ritual budaya diharapkan diapresiasi dan dipahami khalayak luas. Makna Kirab Pathok Negoro, lanjutnya, merupakan ajakan kepada semua elemen untuk menjaga, memegang teguh serta

RITUAL 1 SURO: Mencari Ketentraman Batin dan Keselamatan

Malam 1 Suro bagi masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan malam istimewa. Istimewa, karena malam itu diyakini saat terbaik untuk mensyukuri hidup dan mawas diri. Tanggal 1 Suro tahun ini, yang bertepatan dengan 1 Muharam 1428 Hijriah, seperti tahun-tahun sebelumnya disambut warga Yogyakarta dengan beragam ritual. Di antara kegiatan ritual yang dilakukan warga masyarakat adalah laku diam, yaitu laku dengan berdiam diri, merenung. Seperti ajakan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyambut 1 Suro seyogianya dijalani dengan laku diam. Menurut Sultan, hanya dengan berdiam manusia mampu mendengarkan batin dan suara hati nurani. Seperti, mengapa bencana terus menerpa Yogyakarta dan Indonesia. Dengan laku spiritual, diharapkan masyarakat Yogyakarta mampu bangkit mengatasi situasi lahir yang penuh dengan deraan derita. Satu Suro memang dikonstruksi sebagai awal bulan penuh misteri atau wingit, karena memiliki energi yang berbeda dibanding bulan-bulan lain. Oleh karena itu