Skip to main content

Posts

Showing posts from 2011

SABDOPALON PULANG TROWULAN

Setelah mengikuti Tahun Baru 2011 di Pura Besakih, Tahun Baru Imlek 2562, Tahun Baru Saka 1933 dan Upacara di Bali lainnya, Pagi ini 18 Maret jam 6.oo Wita dari Pura Ibu Majapahit Jimbaran Pratima Sabdopalon yang juga dikenal Semar dan 2007 sempat di Kirap dari Rumah Brahmaraja ke Pendopo Agung Trowulan pada acara Suran, diiring kembali ke Trowulan Rombongan dipimpin Pandita Agung Majapahit GRP, Prawiradipura, Juga di Pura majapahit Garuda Wisnu Kencana [GWK] Rombongan yang dipimpin Drs. Komang Artanegara SE sedang bersiap berangkat menuju Trowulan dengan membawa Sesaji dan Pandita Siwa Budha untuk melinggihkan kembali Pratima Sabdopalon di Rumah / Puro / Griyo / Dalem Brahmaraja XI Jalan Brawijaya 15 Trowulan yang juga Pusat Informasi Majapahit Brahmaraja, dan sore Rombongan Pura majapahit GWK ini akan menyusul. Pratima Sabdopalon dipakai Simbul oleh Sri Gautama dari Pare Kadhiri yang berada di Bali 1962 untuk Kepercayaan "Sapto Darmo" , Sri Gautama ada

KALENDER JAWA SESUNGGUHNYA

Tahun Jawa sebelum datangnya agama hindu/budha tidak menyebutkan urutan angka untuk menunjukan tahun ,yang dikenal hanya ganti tahun setiap 12 Bulan/mangsa.yang disebut pranata mangsa.dan terdiri 5 hari yang disebut pasaran yaitu paing,pon,wage,kliwon dan legi. Baru pada pada tahun 1855 masehi ,oleh Mangkunegoro IV tahun jawa dikembalikan lagi untuk mulai berdiri sendiri,karena apa yang di lakukan oleh Sultan agung dengan menggabungkan bulan dan pasaran hari jawa dengan tahun Hijriyah (tahun Islam) tidak bisa sesuai dengan iklim alam jawa ,Sultan Agung semata mata hanya agar tahun baru jawa dan Islam sama waktunya ,akan tetapi banyak ketidak cocokan iklim yang terjadi sebagai patokan bercocok tanam. oleh karena itu pada hari selasa paing tanggal 23 Juni tahun 1855 masehi Mangkunegoro IV berinisiatif mengembalikan tahun 1 bulan 1 tanggal 1 Jawa memisah dengan tahun Islam dan sering di sebut Pranata mangsa Dengan begitu sesungguhnya tahun baru jawa bukan 1 sura/1 muharam atau juga bu

LAKU JAWA

Kejawen maneges adalah agama perilaku bukan agama upacara namun demikian ,...Dalam masyarakat Jawa sejak dahulu sudah dikenal tentang perhitungan weton angka-angka dan tata cara memulai sesuatu. Pada umumnya aliran maneges tidak berbeda jauh dengan perhitungan yang sudah ada, Pada setiap weton hari dan tanggal kelahiran sendiri maka selalu ada acara samadhi dilanjutkan puasa mutih dari matahari terbenam sampai terbenam kembali dan ditutup dengan samadhi kembali. Puasa mutih adalah puasa yang di dahului dengan makan nasi putih sekepal dan minum air putih segelas, selanjutnya tetap makan nasi putih sekepal pagi siang dan sore menjelang buka dengan tetap membiarkan minum air putih selama puasa. Tata cara samadhi adalah duduk bersila,menutup kedua tangan di dada kurang lebih 15-30 menit atau lebih dan berkonsentrasi terhadap kebaikan, ketenangan dan kebahagiaan apapun keadaan yang sedang kita alami.dan mengingat apa perbuatan kita untuk menghindari perbuatan buruk yang menimbulkan ke

TENTANG ANGKA ANGKA

Tentang angka angka kepercayaan Kejawen Maneges bahwa angka di sesuaikan dengan perputaran hari jawa dalam seminggu yang terdiri dari 5 hari,sehingga keberuntungan angka juga selalu dibagi 5 dengan cara di baca bukan di jumlah dengan urutan angka 1 dibaca sri yaitu keberuntungan angka 2 di baca lungguh yaitu kedudukan,keabadian atau kelanggengan angka 3 di baca dunya yaitu rejeki,menuju kekayaan duniawi angka 4 di baca lara yaitu penderitaan angka 5 di baca pati yaitu kematian,kesialan,menimbulkan ketidak baikan di kemudian hari angka 6 kembali ke atas lagi sampai 10 ,angka 0 di baca sama dengan 10 tidak berlaku untuk angka hasil undian,atau pemberian yang memaksa