Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Tradisi

Tirakat di Punden Keramat Dasamuka, Tawang, Kandangsapi, Jenar, Sragen

Dasamuka Punden Dasamuka hingga kini masih dipercaya sangat keramat. Punden di Dusun Tawang, Kalurahan Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen, itu konon bekas persinggahan arwah Prabu Dasamuka. Jika diamati sekilas, punden Dasamuka kelihatannya mirip sebuah kuburan kuno. Atau itu memang sebuah kuburan kuno? Punden itu berada di tempat yang agak mencil (menyendiri), yakni berada di tengah-tengah rerimbunan pohon-pohon besar dan jarang diambah (didatangi) orang. Kecuali bagi mereka yang benar-benar ingin ngalap berkah. Kesan angker dan keramat pun sangat terasa begitu memasuki kawasan punden Dasamuka ini. Ditambah lagi dengan mitos yang berkembang di masyarakat setempat. Punden Dasamuka itu setiap saat, lebih-lebih pada malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon tidak pernah sepi pengunjung. Mereka tirakat dan ngalap berkah. Mer

Punden Mbah Belok, Ngeblokan, Wonogiri

Pelaku ritual yang melakukan ritual ngalap berkah pelarisan di Punden Mbah Belok tak harus membawa sesaji komplit, tetapi hanya beberapa bunga sekaran serta rajangan daun pandan yang dipakai untuk ziarah di makam Mbah Belok. Hampir setiap usaha dagang yang dimiliki seorang pedagang mayoritas mereka menginginkan agar daganganya terjual dengan laris. Selain itu mereka juga berharap usaha yang digelutinya lancar, bisnisnya semakin maju bertambah dengan pesat. Namun laris dan tidaknya sebuah usaha bisnis tergantung dari bagaimana seorang pemilik usaha mengelola bisnis tersebut. Tata cara mengelola sebuah bisnis tak hanya tergantung pada managemen administrasi keuangan sebuah usaha, namun keberhasilan sebuah usaha juga bisa tergantung pada hal hal yang berbau mistis. Salah satunya dengan cara mencari pelarisan di sebuah tempat keramat atau kepada orang pintar yang mampu memberikan pegangan untuk memperlancar usahanya. Cara ini tak hanya dipakai bagi para pedaga

Ribuan Warga Madyopuro Semarakkan Karnaval Budaya Bersih Desa

  Warga Kelurahan Madyopuro mengenakan pakaian kerajaan dalam menyemarakkan karnaval budaya bersih desa Kelurahan Madyopuro. (Foto : Imam Syafii/MalangTIMES)    MALANGTIMES  - Ribuan warga Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Malang menunjukkan kreativitasnya melalui Karnaval Budaya dan Pembangunan Bersih Desa ke-4 di sepanjang Jalan Danau Jonge, Kelurahan Madyopuro. Minggu, (6/11/2016). Terlihat, beragam kreativitas dikeluarkan warga dari 17 RT. dan 112 RW ini. Mereka menunjukkan kreativitas kesenian dan budaya kepada penonton yang memadati jalur sepanjang Jalan Danau Jonge. Para peserta karnaval menampilkan kesenian tarian daerah seperti Tari Topeng Malangan, Bantengan, Kuda Lumping, Reog Ponorogo, ogoh-ogoh dan lain sebagainya. Tak hanya itu saja, dari kalangan pelajar juga unjuk gigi memainkan musik drum band. Lalu, peserta juga ada yang mengenakan pakaian dari daur ulang plastik. Uniknya, dalam karna

UPACARA ADAT MITONI ( 7 BULAN KEHAMILAN )

Dalam tradisi Jawa, mitoni merupakan rangkaian upacara siklus hidup yang sampai saat ini masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa. Kata mitoni berasal dari kata ‘am’ (awalan am menunjukkan kata kerja) + ’7′ (pitu) yang berarti suatu kegiatan yang dilakukan pada hitungan ke-7. Upacara mitoni ini merupakan suatu adat kebiasaan atau suatu upacara yang dilakukan pada bulan ke-7 masa kehamilan pertama seorang perempuan dengan tujuan agar jabang bayi dalam kandungan dan sang ibu yang mengandung senantiasa memperoleh keselamatan. Mitoni tidak dapat diselenggarakan sewaktu-waktu, biasanya memilih hari yang dianggap baik untuk menyelenggarakan upacara mitoni. Hari baik untuk upacara mitoni adalah hari Selasa (Senin malam, selasa pagi/siang) atau Sabtu (Jumat malam, sabtu pagi/siang ). Sedangkan tempat untuk menyelenggarakan upacara biasanya dipilih di depan suatu tempat yang biasa disebut dengan pasren, yaitu senthong tengah. Pasren erat sekali dengan kaum petani sebagai tem

BUBUR MERAH PUTIH UNTUK SELAMATAN WETON

Kepercayaan Jawa mengatakan “bancakan” - weton dilakukan pada malam hari weton. Weton merupakan kombinasi hari penanggalan masehi dan hari penanggalan Jawa. Kalau penanggalan masehi punya hari Minggu – Sabtu, penanggalan Jawa mengenal istilah “pasaran” yang terdiri dari: Pon, Wage, Kliwon, Legi, Pahing. Misalkan seseorang yg terlahir pada tanggal 19 Desember 2013, maka, menurut penanggalan Jawa, ia memiliki weton Kamis Pahing. Jadi setiap malam hari Kamis Pahing disarankan untuk melakukan bancakan. Mengapa dilakukan bancakan bubur merah putih? Hal ini untuk mengingatkan akan proses kelahiran kita yaitu menyatunya bapak dan ibu yang dilambangkan dalam bentuk bubur merah (perlambang ibu) dan putih (perlambang bapak). Kemudian bubur tadi dibagikan ke para tetangga dan saudara terdekat. Terkadang bagi-bagi bancaan ini bisa dibarengi dengan nasi gudangan, nasi ayam, nasi kotak ataupun dalam bentuk lain. Manfaat dan tujuan bancakan weton adalah untuk “ ngopahi sing momong ”, karena

JILBAB MERUSAK ORIGINALITAS TARI TRADISI

JILBAB MERUSAK ORIGINALITAS TARI TRADISI Prof. Dr. Sri Rochana W, S.Kar., M.Hum (paling kanan) Meski sudah berusia tidak muda lagi, namun gerak dan aura seorang penari tradisional terlihat memancar dari Rektor Institut Seni Indonesia ( ISI ) Surakarta Prof. Dr. Sri Rochana Widyastutieningrum, S.Kar., M.hum.  Prof Anna, panggilan akrab beliau, membawakan sebuah tari tradisi yaitu tari Bedhaya Tolu. Bersama 6 penari lainnya, yang juga para dosen di ISI Surakarta menari bersama pada Gelar Karya Empu yang dilaksanakan pada hari Senin, 15 Pebruari 2016 pukul 19.30 di Pendapa ISI Surakarta. Gelar budaya ini dihadiri sejumlah tamu undangan dan dibuka untuk umum, sehingga dipadati banyak penonton baik dari akademisi ISI Surakarta, warga kota Solo, hingga turis mancanegara. Malam itu, Prof Anna yang seorang muslimah dan kesehariannya mengenakan busana berjilbab, membawakan tari Bedhaya Tolu dengan kostum tari asli tanpa mengenakan jilbab. Hal ini sungguh menunjukkan sebuah ketelada

TATA RITUAL PAGUYUBAN BUDAYA BANGSA (PBB) PUSAT KEBUMEN

Paguyuban Budaya Bangsa (PBB) di Kabupaten Kebumen merupakan sebuah organisasi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Penganut Kepercayaan yang tergabung dalam Paguyuban ini tidak hanya warga masyarakat Kebumen, melainkan juga ada yang berasal dari daerah Banjarnengara, Banyumas, Cilacap, Purworejo, bahkan dari luar jawa yaitu Lampung.  Sekretariat PBB Pusat berlokasi di Jl. Sumatra No.9 Rt.02 - Rw 09 Kelurahan Wonokriyo – Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen, sebagai Ketua Umum adalah Bp. Adji Tjaroko. Pada hari Sabtu Kliwon malam Minggu Legi (26/04), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Tengah mengadakan acara perekaman tata ritual warga penghayat di Paguyuban Budaya Bangsa ini. diikuti kurang lebih 200 anggota paguyuban dan dihadiri pejabat setempat acara perekaman ini meliputi tata cara meditasi/sembahyang dan pernikahan adat/penghayat.  Acara dibuka dengan upacara pembukaan di gedung pertemuan PBB Kebumen. Acara ini dihadiri Kepala Seksi Nilai Budaya Disbu

NGASA, UPACARA TRADISI DI KAMPUNG BUDAYA JALAWASTU SEBAGAI SALAH SATU ASET BUDAYA DI KABUPATEN BREBES

Selasa Kliwon 25 Februari 2014, sejak pukul 05.00 wib, puluhan ibu-ibu menggendong cepon dengan tangan kanannya menjinjing rantang seng, menyusuri bebukitan gunung kumbang Brebes. Mereka adalah warga Dukuh Jalawastu Desa Ciseureuh, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes yang akan melaksanakan upacara tradisi " Ngasa". Upacara ini digelar setiap Selasa Kliwon mangsa kasanga setiap tahunnya. Dengan wajah berseri, mereka melewati Jembatan Zubaedah bergegas menuju Pesarean Gedong. Sesampainya di sana, beberapa lelaki menggelar tikar. Dan ibu-ibu itupun menaruh makanan di atas tikar secara berjajar. Lelaki tua yang disebut juru kunci Pesarean Gedong Makmur, beserta tetua lainnya dengan berpakaian putih-putih menyusul dibelakang rombongan ibu-ibu pembawa makanan. Menurut penuturan Pemangku adat setempat Dastam menjelaskan, masyarakat Jalawastu pantang makan nasi beras dan lauk daging atau ikan. Makanan pokoknya adalah jagung yang ditumbuk halus sebagai lauk dan lal