Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Sedulur Sikep

Kehebatan Wong Samin Blora

Prameswari Mahendrati •  photo from  http://dewey.petra.ac.id “orang yang paling bisa melindungi diri adalah diri sendiri, orang yang tidak punya kesalahan adalah orang paling sakti, dan orang yang paling sakti adalah orang yang tidak punya musuh. Kami percaya pada alam dan alam percaya pada kita. Kejujuran itu penting, kalau semua jujur, tidak ada yang perlu dirisaukan, karena orang saling percaya…” Sebaris potongan petuah dari seorang Si Mbah, diperankan oleh W.S. Rendra, pemuka dalam masyarakat Samin di Blora. Sebuah film yang mendalami kisah hidup masyarakat Samin beserta pemikiran-pemikiran yang mendasarinya. Begitu banyak film-film bertemakan traveling, seperti Eat Pray Love, Cashing Liberty, Into The World yang berhasil menggugah penonton untuk segera mengangkat ransel, maka film Lari Dari Blora pun berhasil menggugah saya untuk mencari tahu tentang kehidupan masyarakat Samin. Idealisme saya tentang traveling sedikit bergeser, jika dulu destinasi baru dan menant

PERJUANGAN: Sedulur Sikep sebagai Sikap Hidup

Gunretno dibesarkan di Desa Baleadi, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, saat rezim Orde Baru menguat. Komunitas Sedulur Sikep yang dirintis Samin Surontiko–nama aslinya, Raden Kohar–tahun 1890-an, saat itu telah terfragmentasi menjadi komunitas-komunitas kecil. Gerakan Samin didasari semangat perlawanan tanpa kekerasan terhadap Belanda dengan menolak membayar pajak dan segala peraturan kolonial. Tahun 1859, dia ditangkap dan diasingkan Belanda ke Padang, Sumatera Barat, hingga akhir hayatnya. Namun, ajaran Samin tetap dipelihara Komunitas Sedulur Sikep di kawasan Pegunungan Kendeng, membentang dari Blora dan Pati di Jawa Tengah hingga Bojonegoro di Jawa Timur. Setelah kemerdekaan Indonesia, Sedulur Sikep tetap mempertahankan ajaran Samin, termasuk tidak memasukkan anak ke sekolah formal. Saat tekanan rezim makin keras, ”Bapak dipaksa menyekolahkan aku dan adikku. Begitu tekanan melonggar, Bapak menarik kami dari sekolah,” kisah Gunretno, yang saat ditarik menginjak

Sedulur Sikep Memandang Negara dan Penegakan Hukum

Selasa, 3 November 2009 | 03:22 WIB Oleh Susana Rita Batas desa sudah tampak. ”Anda memasuki Desa Sukolilo”. Demikian sambutan pertama yang tertera pada dua tembok putih yang mengapit jalan aspal yang sudah tak rata. Setelah berkendaraan selama lebih kurang 40 menit ke arah selatan ibu kota Kabupaten Pati, Jawa Tengah, akhirnya saya dan dua teman sampai juga di tanah para Sedulur Sikep. Di sini, sekitar 200 kepala keluarga komunitas Sikep atau lebih dikenal dengan masyarakat Samin tinggal. Mereka adalah pengikut Samin Surosentiko alias Raden Kohar (1859-1914), pencetus gerakan sosial melawan Belanda dengan cara menentang segala aturan dan kewajiban yang dibuat pemerintah kolonial kala itu, di antaranya menolak membayar pajak. Beberapa ciri/identitas perlawanan digunakan sejak zaman Belanda, seperti tidak bersekolah, tidak memakai peci, tetapi memakai ikat kepala (mirip orang Jawa zaman dahulu), tak memakai celana panjang (tetapi memilih

Sedulur Sikep Memandang Negara dan Penegakan Hukum

Selasa, 3 November 2009 | 03:22 WIB Oleh Susana Rita Batas desa sudah tampak. ”Anda memasuki Desa Sukolilo”. Demikian sambutan pertama yang tertera pada dua tembok putih yang mengapit jalan aspal yang sudah tak rata. Setelah berkendaraan selama lebih kurang 40 menit ke arah selatan ibu kota Kabupaten Pati, Jawa Tengah, akhirnya saya dan dua teman sampai juga di tanah para Sedulur Sikep. Di sini, sekitar 200 kepala keluarga komunitas Sikep atau lebih dikenal dengan masyarakat Samin tinggal. Mereka adalah pengikut Samin Surosentiko alias Raden Kohar (1859-1914), pencetus gerakan sosial melawan Belanda dengan cara menentang segala aturan dan kewajiban yang dibuat pemerintah kolonial kala itu, di antaranya menolak membayar pajak. Beberapa ciri/identitas perlawanan digunakan sejak zaman Belanda, seperti tidak bersekolah, tidak memakai peci, tetapi memakai ikat kepala (mirip orang Jawa zaman dahulu), ta

Saminisme

inti saminisme adalah gerakan perlawanan terhadap perluasan lahan kebun jati di jaman Belanda (kapitalisme). apakah kontekstual dengan kondisi sekarang, semisal ada gerakan semacam ini? coba info dari wikipedia ini, di simak. siapa tau ada gagasan baru......... tJong Asal ajaran Saminisme Ajaran Saminisme muncul sebagai akibat atau reaksi dari pemerintah kolonial Belanda yang sewenang-wenang.Perlawanan dilakukan tidak secara fisik tetapi berwujud penentangan terhadap segala peraturan dan kewajiban yang harus dilakukan rakyat terhadap Belanda misalnya dengan tidak membayar pajak. Terbawa oleh sikapnya yang menentang tersebut mereka membuat tatanan, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan tersendiri. [sunting] Tokoh perintis ajaran Samin Perintis ajaran ini adalah Samin Surosentiko /Surosentika atau disebut singkat Samin. Lahir di Desa Ploso Kedhiren, Randublatung pada tahun 1859 dan meninggal tahun 1914 (saat diasingkan ke kota Padang, Sumatra Barat). Ia adalah seorang buta aksara. [sunti

Samunisme

inti saminisme adalah gerakan perlawanan terhadap perluasan lahan kebun jati di jaman Belanda (kapitalisme). apakah kontekstual dengan kondisi sekarang, semisal ada gerakan semacam ini? coba info dari wikipedia ini, di simak. siapa tau ada gagasan baru......... tJong Asal ajaran Saminisme Ajaran Saminisme muncul sebagai akibat atau reaksi dari pemerintah kolonial Belanda yang sewenang-wenang.Perlawanan dilakukan tidak secara fisik tetapi berwujud penentangan terhadap segala peraturan dan kewajiban yang harus dilakukan rakyat terhadap Belanda misalnya dengan tidak membayar pajak. Terbawa oleh sikapnya yang menentang tersebut mereka membuat tatanan, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan tersendiri. [sunting] Tokoh perintis ajaran Samin Perintis ajaran ini adalah Samin Surosentiko /Surosentika atau disebut singkat Samin. Lahir di Desa Ploso Kedhiren, Randublatung pada tahun 1859 dan meninggal tahun 1914 (saat diasingkan ke kota Padang, Sumatra Barat). Ia adalah seorang buta aksara. [sunti

Sedulur Sikep ke Tuban

Diundang PT Semen Gresik PATI - Sebanyak 16 orang perwakilan Sedulur Sikep Dukuh Karangmalang, Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Pati, Sabtu (1/11) lalu, memenuhi undangan PT Semen Gresik Tbk untuk hadir di pabrik Tuban. Mereka hadir bersama dua perangkat desa, dan muspika setempat. Rombongan didampingi Kepala Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Kanpedalda) Kabupaten Pati, Drs Mugihardjo MM. Selain itu, sejumlah pejabat dari jajaran Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Rombongan Sedulur Sikep yang disesepuhi Mbah Badi itu diterima Kepala Divisi Komunikasi Saifuddin Zuhri. Kepada mereka, Zuhri mengatakan, kehadiran rombongan tersebut untuk melihat langsung kondisi sebenarnya pabrik di Tuban, sehingga isu yang dituduhkan ke pihaknya adalah tidak benar. ’’Silakan Sedulur Sikep melihat langsung dan mencermatinya. Semua terbuka, dan tak ada yang ditutup-tutupi,’’ ujarnya. Atas nama rombongan, Mbah Badi kembali mengulang pernyataan yang pernah disampaikan beberapa bulan se

Sedulur Sikep ke Tuban

Diundang PT Semen Gresik PATI - Sebanyak 16 orang perwakilan Sedulur Sikep Dukuh Karangmalang, Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Pati, Sabtu (1/11) lalu, memenuhi undangan PT Semen Gresik Tbk untuk hadir di pabrik Tuban. Mereka hadir bersama dua perangkat desa, dan muspika setempat. Rombongan didampingi Kepala Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Kanpedalda) Kabupaten Pati, Drs Mugihardjo MM. Selain itu, sejumlah pejabat dari jajaran Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Rombongan Sedulur Sikep yang disesepuhi Mbah Badi itu diterima Kepala Divisi Komunikasi Saifuddin Zuhri. Kepada mereka, Zuhri mengatakan, kehadiran rombongan tersebut untuk melihat langsung kondisi sebenarnya pabrik di Tuban, sehingga isu yang dituduhkan ke pihaknya adalah tidak benar. ’’Silakan Sedulur Sikep melihat langsung dan mencermatinya. Semua terbuka, dan tak ada yang ditutup-tutupi,’’ ujarnya. Atas nama rombongan, Mbah Badi kembali mengulang pernyataan yang pernah disampaikan beberap

KTP Sedulur Sikep ’tanpa’ agama

KTP Sedulur Sikep ’tanpa’ agama KUDUS - Setelah sekian lama menolak membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP), sebanyak 119 warga "Sedulur Sikep" yang berada di Dukuh Kaliyoso, Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, bisa bernafas lega. Sebab, warga Sikep yang notabene memeluk agama Adam kini bisa memiliki KTP tanpa harus menyebutkan identitas agama yang diakui pemerintah. KTP bagi warga Sikep tersebut secara simbolis diserahkan Bupati Kudus H Musthofa kepada sesepuh "Sedulur Sikep ", Mbah Wargono, kemarin.Komunitas Sikep akhirnya bersedia membuat KTP setelah Bupati memberi kebijakan khusus mengenai pencantuman status agama. "Secara pribadi saya cukup bangga karena baru kali ini penganut "Sedulur Sikep" bersedia membuat KTP," kata bupati. Sebagaimana diketahui, komunitas "Sedulur Sikep" di Kudus masih memegang kuat keyakinan nenek moyang.Termasuk dalam pembuatan KTP, warga Sikep enggan mengikuti kebijakan pemerintah karena dalam pembua