Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Resensi Freedom Religion

Resensi : Sutasoma

Judul : Kakawin Sutasoma • Penulis : Mpu Tantular • Penerjemah : Dwi Woro Retno Mastuti dan Hasto Bramantyo • Penerbit : Komunitas Bambu, Agustus 2009 • Tebal : xxiii + 539 Kakawin Sutasoma ini ditulis oleh Mpu Tantular. Syair ini digubah pada zaman Raja Hayam Wuruk – saat itu Majapahit berada dalam puncak kejayaannya di paruh abad ke-14. Selain Sutasoma, karya sastra Jawa Kuno yang dianggap sebagai karya sastra besar dan melampaui zamannya adalah kakawin Ramayana, Mahabharata, Arjunawiwaha, Hariwangsa, Bharatayudha, Gatotkacasraya, Smaradahana, Sumanasantaka, Arjunawijaya, Siwaratrikalpa, Parthayajna dan Kunjarakarna. Buku Kakawin Sutasoma ini menggunakan dua bahasa, Jawa Kuno dan bahasa Indonesia, terdiri dari 148 pupuh/bab dan 1209 bait. Di dalam Kakawin ini salah satu rangkaian liriknya telah dikenal oleh bangsa Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang artinya bermacam-macam suku bangsa tetapi tetap satu tujuan dari berbagai suku bangsa, bahasa

Petikan dari kakawin Sotasoma

Petikan dari kakawin ini Di bawah ini diberikan beberapa contoh petikan dari kakawin ini bersama dengan terjemahannya. Yang diberikan contohnya adalah manggala , penutup dan sebuah petikan penting. Manggala Pada Kakawin Sutasoma terdapat sebuah manggala. Manggala ini memuja Sri Bajrajñana yang merupakan intisari kasunyatan.Jika beliau menampakkan dirinya, maka hal ini keluar dalam samadi sang Boddhacitta dan bersemayam di dalam benak. Lalu beberapa yuga disebut di mana Brahman, Wisnu dan Siwa melindungi. Maka sekarang datanglah Kaliyuga di mana sang Buddha datang ke dunia untuk membinasakan kekuasaan jahat. Manggala Terjemahan 1 a. Çrî Bajrajñâna çûnyâtmaka parama sirânindya ring rat wiçes.a 1 a. Sri Bajrajñana, manifestasi sempurna Kasunyatan adalah yang utama di dunia. 1 b. lîlâ çuddha pratis.t.hêng hredaya jaya-jayângken mahâswargaloka 1 b. Nikmat dan murni teguh di hati, menguasai semuanya bagai kahyangan agung. 1 c. ekacchattrêng çarîrânghuripi sahananin

Petikan dari kakawin Sotasoma

Petikan dari kakawin ini Di bawah ini diberikan beberapa contoh petikan dari kakawin ini bersama dengan terjemahannya. Yang diberikan contohnya adalah manggala , penutup dan sebuah petikan penting. Manggala Pada Kakawin Sutasoma terdapat sebuah manggala. Manggala ini memuja Sri Bajrajñana yang merupakan intisari kasunyatan.Jika beliau menampakkan dirinya, maka hal ini keluar dalam samadi sang Boddhacitta dan bersemayam di dalam benak. Lalu beberapa yuga disebut di mana Brahman, Wisnu dan Siwa melindungi. Maka sekarang datanglah Kaliyuga di mana sang Buddha datang ke dunia untuk membinasakan kekuasaan jahat. Manggala Terjemahan 1 a. Çrî Bajrajñâna çûnyâtmaka parama sirânindya ring rat wiçes.a 1 a. Sri Bajrajñana, manifestasi sempurna Kasunyatan adalah yang utama di dunia. 1 b. lîlâ çuddha pratis.t.hêng hredaya jaya-jayângken mahâswargaloka 1 b. Nikmat dan murni teguh di hati, menguasai semuanya bagai kahyangan agung. 1 c. ekacchattrêng çarîrânghuripi sahananin

Resensi buku Sandi Sutasoma

Resensi buku Sandi Sutasoma Judul : Menemukan Kepingan Jiwa Mpu Tantular Penulis : Anand Krishna Tebal : 312 + vi Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama Cetakan : 1, 2007 ”Kelak para penguasa dari Seluruh Kepulauan Nusantara akan mendatangimu. Dalam dirimu, Sutasoma, masa lalu, masa depan, dan masa mendatang menyatu. Engkaulah tujuan setiap pejalan” ( Purushada Shaanta, LIII : 3 & 4 ) Telah 62 tahun NKRI berdiri dan telah begitu panjang lika-liku perjalanan ditempuh sebagai bangsa hingga saat ini. Terutama sejak reformasi, kebhinekaan atau sering disebut Bhinneka Tunggal Ika enggan dibicarakan. Seolah sebagai bangsa kita mengalami amnesia panjang yang tak dapat kita obati. Hal ini sangat ironis karena membicarakannya saja sudah enggan apalagi mencari tahu bagaimana sejarahnya hingga menjadi semboyan negara kita. Bukan mustahil tidak banyak dari kita yang mengetahui darimana sumber semboyan negara kita. Bisa dibayangkan semboyan negara yang merupakan alat pemersatu

Gerakan Kebatinan Dalam Masyarakat Jawa: Sebuah Budaya atau Sebuah Agama Baru?

Para ahli Antropologi dan Sosiologi meyakini bahwa masyarakat Jawa terbagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kepercayaan dan amal agamanya. Beberapa ahli mencoba merumuskan pembagian keompok itu, yang paling terkenal adalah kategorisasi yang dibuat Geertz. Ia mengelompokkan masyarakat Jawa ke dalam kategori sebagai berikut: 1. Santri, yakni golongan masyarakat Jawa yang beragama Islam dan memegang teguh syariat Islam. Mengerjakan segala kewajiban, semacam Shalat, Zakat, Puasa, dan meninggalkan segala keharaman, tidak makan babi, tidak membuat sesajen, dan sebagainya. 2. Abangan, yakni golongan masyarakat Jawa yang beragama Islam namu kurang memegang teguh syariat Islam. Mereka yang tergolong dalam kategori ini tidak shalat, puasa, dan sebagainya. Masih mengerjakan amalan-amalan berbau Hindu semacam sesajen, grebegan, dan lainnya. 3. Priyayi, yakni golongan masyarakat Jawa yang tergolong sebagai darah biru, atau bangsawan. Mereka menempati posisi yang dimuliakan

Gerakan Kebatinan Dalam Masyarakat Jawa: Sebuah Budaya atau Sebuah Agama Baru

By admin | October 3, 2008 Para ahli Antropologi dan Sosiologi meyakini bahwa masyarakat Jawa terbagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kepercayaan dan amal agamanya. Beberapa ahli mencoba merumuskan pembagian keompok itu, yang paling terkenal adalah kategorisasi yang dibuat Geertz. Ia mengelompokkan masyarakat Jawa ke dalam kategori sebagai berikut: 1. Santri, yakni golongan masyarakat Jawa yang beragama Islam dan memegang teguh syariat Islam. Mengerjakan segala kewajiban, semacam Shalat, Zakat, Puasa, dan meninggalkan segala keharaman, tidak makan babi, tidak membuat sesajen, dan sebagainya. 2. Abangan, yakni golongan masyarakat Jawa yang beragama Islam namu kurang memegang teguh syariat Islam. Mereka yang tergolong dalam kategori ini tidak shalat, puasa, dan sebagainya. Masih mengerjakan amalan-amalan berbau Hindu semacam sesajen, grebegan, dan lainnya. 3. Priyayi, yakni golongan masyarakat Jawa yang tergolong sebagai darah biru, atau bangsawan. Mereka menempati posisi yang dim