Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Paguyuban Tri Tunggal

RUWAT AGUNG SUKERTO

Bersama Sat Guru Sabdo Langit IV, DR. Sapto Raharjo, SiP Wangi dupa cendana, kemenyan dan aroma terapi berbaur jadi satu. Asap dari anglo membara membubung ke langit. Pencar cahaya menyerupai api lilin di beberapa sudut pendopo Paguyuban Tri Tunggal menciptakan getar gaib menuju sunyi sakral tanpa batas. Saat itu, menandai Ruwat Sial Apes yang digelar di malam Selasa Kliwon (13/12) dimulai. Alam membisu, mantra pun segera bergema dari hati para sukerto yang siap diruwat. Memang, malam selasa kliwon kemarin pendopo Paguyuban Tri Tunggal terasa lebih sakral dari biasanya. Hikmatnya para sukerto dalam mengikuti ruwatan menambah keheningan malam itu. Di puncak keheningan malam itu, ratusan peserta ruwat berbaring., dan dari kepala hingga ujung kaki segera diselubungi kain mori dan kain jarik. Saat itulah puncak dimensi ruwat yang sesungguhnya dimulai. Beriring dengan lantunan mantra dan do’a yang dilantunkan oleh Sat Guru DR. Sapto Raharjo, SiP, tubuh-tubuh tertutup kain yang sedang menyat

RUWAT AGUNG SUKERTO

Bersama Sat Guru Sabdo Langit IV, DR. Sapto Raharjo, SiP Wangi dupa cendana, kemenyan dan aroma terapi berbaur jadi satu. Asap dari anglo membara membubung ke langit. Pencar cahaya menyerupai api lilin di beberapa sudut pendopo Paguyuban Tri Tunggal menciptakan getar gaib menuju sunyi sakral tanpa batas. Saat itu, menandai Ruwat Sial Apes yang digelar di malam Selasa Kliwon (13/12) dimulai. Alam membisu, mantra pun segera bergema dari hati para sukerto yang siap diruwat. Memang, malam selasa kliwon kemarin pendopo Paguyuban Tri Tunggal terasa lebih sakral dari biasanya. Hikmatnya para sukerto dalam mengikuti ruwatan menambah keheningan malam itu. Di puncak keheningan malam itu, ratusan peserta ruwat berbaring., dan dari kepala hingga ujung kaki segera diselubungi kain mori dan kain jarik. Saat itulah puncak dimensi ruwat yang sesungguhnya dimulai. Beriring dengan lantunan mantra dan do’a yang dilantunkan oleh Sat Guru DR. Sapto Raharjo, SiP, tubuh-tubuh tertutup kain yang sedang menyat

Kirab Pathok Negoro Mahesa Lawung Paguyuban Tri Tunggal Jogjakarta

SEBUAH PROSESI AGUNG MENJAGA KULTUR BANGSA DAN NEGARA Malam 1 Suro, bagaikan malam paling sakral dari sekian banyak malam di Jawa. Berbagai ritual digelar pada waktu hampir bersamaan di banyak daerah. Demikian pula para insan spiritualis, tak ketinggalan menggelar sejumlah prosesi ritual dengan berbagai tata dan cara seperti Kirab Pathok Negaro berikut ini. Tri Tunggal sudah tak asing lagi di Jogjakarta. Paguyuban spiritual ini nyaris tak pernah absen dari berbagai gelar seni dan budaya spiritual. Baik berskala besar atau kecil, gelar ritual Paguyuban Tri Tunggal selalu mengusung derap Pathok Negoro sebagai basis kekuatan bangsa ini yang diakui multikultural dan plural. Pathok Negoro tak lain adalah serangkaian dasar Negara RI. Mulai dari UUD 1945, Pancasila dan berbagai peraturan serta perundangan lain. Sumber dari segala sumber kekuatan bangsa yang plural ini sengaja disimbolkan dalam Kirab Pathok Negoro, sebagai upaya penyadaran kontinyu terhadap masyarakat akan keberagaman bangsa.

Kirab Pathok Negoro Mahesa Lawung Paguyuban Tri Tunggal Jogjakarta

SEBUAH PROSESI AGUNG MENJAGA KULTUR BANGSA DAN NEGARA Malam 1 Suro, bagaikan malam paling sakral dari sekian banyak malam di Jawa. Berbagai ritual digelar pada waktu hampir bersamaan di banyak daerah. Demikian pula para insan spiritualis, tak ketinggalan menggelar sejumlah prosesi ritual dengan berbagai tata dan cara seperti Kirab Pathok Negaro berikut ini. Tri Tunggal sudah tak asing lagi di Jogjakarta. Paguyuban spiritual ini nyaris tak pernah absen dari berbagai gelar seni dan budaya spiritual. Baik berskala besar atau kecil, gelar ritual Paguyuban Tri Tunggal selalu mengusung derap Pathok Negoro sebagai basis kekuatan bangsa ini yang diakui multikultural dan plural. Pathok Negoro tak lain adalah serangkaian dasar Negara RI. Mulai dari UUD 1945, Pancasila dan berbagai peraturan serta perundangan lain. Sumber dari segala sumber kekuatan bangsa yang plural ini sengaja disimbolkan dalam Kirab Pathok Negoro, sebagai upaya penyadaran kontinyu terhadap masyarakat akan keberagaman bangsa.

Kirab Pathok Negoro Mahesa Lawung

--> MALAM 1 SURO, MINGGU 28 DESEMBER Menyambut tahun baru Jawa 1942 Je, Paguyuban Tri Tunggal Yogyakarta bakal menggelar Kirab Pathok Negoro Mahesa Lawung, Minggu malam 28 Desember. Ritual Kirab Pathok Megoro sudah menjadi rutinitas paguyuban yang berjuang menggali dan memasyarakatkan kembali budaya-budaya luhur warisan nenek moyang ini. Setiap Kirab Pathok Negoro diselenggarakan, ribuan peserta mengikuti ritual budaya ini dengan khidmad. Menurut Romo Sapto, pihaknya tak sekadar menampilkan kembali prosesi budaya. “Kami mencoba memberi pemahaman yang rasional tentang makna atau pesan yang disampaikan melalui prosesi-prosesi adat melalui penyebaran brosur. Diharapkan masyarakat bisa memahami makna dari sebuah prosesi budaya,”katanya. Pimpinan Paguyuban Tri Tunggal ini menambahkan, sosialisasi makna dibalik ritual budaya diharapkan diapresiasi dan dipahami khalayak luas. Makna Kirab Pathok Negoro, lanjutnya, merupakan ajakan kepada semua elemen untuk menjaga, memegang teguh serta

Kirab Pathok Negoro Mahesa Lawung

MALAM 1 SURO, MINGGU 28 DESEMBER Menyambut tahun baru Jawa 1942 Je, Paguyuban Tri Tunggal Yogyakarta bakal menggelar Kirab Pathok Negoro Mahesa Lawung, Minggu malam 28 Desember. Ritual Kirab Pathok Megoro sudah menjadi rutinitas paguyuban yang berjuang menggali dan memasyarakatkan kembali budaya-budaya luhur warisan nenek moyang ini. Setiap Kirab Pathok Negoro diselenggarakan, ribuan peserta mengikuti ritual budaya ini dengan khidmad. Menurut Romo Sapto, pihaknya tak sekadar menampilkan kembali prosesi budaya. “Kami mencoba memberi pemahaman yang rasional tentang makna atau pesan yang disampaikan melalui prosesi-prosesi adat melalui penyebaran brosur. Diharapkan masyarakat bisa memahami makna dari sebuah prosesi budaya,”katanya. Pimpinan Paguyuban Tri Tunggal ini menambahkan, sosialisasi makna dibalik ritual budaya diharapkan diapresiasi dan dipahami khalayak luas. Makna Kirab Pathok Negoro, lanjutnya, merupakan ajakan kepada semua elemen untuk menjaga, memegang teguh sert

RITUAL 1 SURO: Mencari Ketentraman Batin dan Keselamatan

Malam 1 Suro bagi masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan malam istimewa. Istimewa, karena malam itu diyakini saat terbaik untuk mensyukuri hidup dan mawas diri. Tanggal 1 Suro tahun ini, yang bertepatan dengan 1 Muharam 1428 Hijriah, seperti tahun-tahun sebelumnya disambut warga Yogyakarta dengan beragam ritual. Di antara kegiatan ritual yang dilakukan warga masyarakat adalah laku diam, yaitu laku dengan berdiam diri, merenung. Seperti ajakan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyambut 1 Suro seyogianya dijalani dengan laku diam. Menurut Sultan, hanya dengan berdiam manusia mampu mendengarkan batin dan suara hati nurani. Seperti, mengapa bencana terus menerpa Yogyakarta dan Indonesia. Dengan laku spiritual, diharapkan masyarakat Yogyakarta mampu bangkit mengatasi situasi lahir yang penuh dengan deraan derita. Satu Suro memang dikonstruksi sebagai awal bulan penuh misteri atau wingit, karena memiliki energi yang berbeda dibanding bulan-bulan lain. Oleh karena itu

RITUAL 1 SURO

Ritual 1 Suro Mencari Ketentraman Batin dan Keselamatan Malam 1 Suro bagi masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan malam istimewa. Istimewa, karena malam itu diyakini saat terbaik untuk mensyukuri hidup dan mawas diri. Tanggal 1 Suro tahun ini, yang bertepatan dengan 1 Muharam 1428 Hijriah, seperti tahun-tahun sebelumnya disambut warga Yogyakarta dengan beragam ritual. Di antara kegiatan ritual yang dilakukan warga masyarakat adalah laku diam, yaitu laku dengan berdiam diri, merenung. Seperti ajakan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyambut 1 Suro seyogianya dijalani dengan laku diam. Menurut Sultan, hanya dengan berdiam manusia mampu mendengarkan batin dan suara hati nurani. Seperti, mengapa bencana terus menerpa Yogyakarta dan Indonesia. Dengan laku spiritual, diharapkan masyarakat Yogyakarta mampu bangkit mengatasi situasi lahir yang penuh dengan deraan derita. Satu Suro memang dikonstruksi sebagai awal bulan penuh misteri atau wingit, karena memiliki energi

Bencana Merupakan Protes Alam pada Manusia

ALAM adalah sahabat manusia. Bumi dan air merupakan sumber kehidupan. Persahabatan manusia dengan alam memungkinkan renggang ketika kapitalisme dominan. Perilaku mencari untung sebanyak mungkin membuat orang mengeksploitasi kekayaan alam tanpa diimbangi upaya pelestarian. “Penghuni alam semesta ini bukan hanya manusia dan binatang. Ketika kekayaan bumi dieksploitasi, bakal ada makhluk lain yang terganggu. Wajar bila mereka protes, bahkan marah”, papar Lia Hermin Putri. Pimpinan Sanggar Spiritual Songgo Buwono ini menambahkan, bencana alam merupakan bentuk protes alam atas keserakahan manusia. Sehingga, “Upacara labuhan, sedekah bumi dan sejenisnya, merupakan ungkapan persahabatan manusia dengan alam dan penghuninya”, jelasnya. Logikanya, ketika ada pihak yang marah dan akan mengamuk, lantas mereka yang akan jadi sasaran amukan mencoba membujuk dengan ubarampe tertentu, harapannya kemarahannya mereda. Batal mengamuk atau minimal berkurang emosinya. Sementara, Pimpinan paguyuban Tri T

Bencana Merupakan Protes Alam pada Manusia

ALAM adalah sahabat manusia. Bumi dan air merupakan sumber kehidupan. Persahabatan manusia dengan alam memungkinkan renggang ketika kapitalisme dominan. Perilaku mencari untung sebanyak mungkin membuat orang mengeksploitasi kekayaan alam tanpa diimbangi upaya pelestarian. “Penghuni alam semesta ini bukan hanya manusia dan binatang. Ketika kekayaan bumi dieksploitasi, bakal ada makhluk lain yang terganggu. Wajar bila mereka protes, bahkan marah”, papar Lia Hermin Putri. Pimpinan Sanggar Spiritual Songgo Buwono ini menambahkan, bencana alam merupakan bentuk protes alam atas keserakahan manusia. Sehingga, “Upacara labuhan, sedekah bumi dan sejenisnya, merupakan ungkapan persahabatan manusia dengan alam dan penghuninya”, jelasnya. Logikanya, ketika ada pihak yang marah dan akan mengamuk, lantas mereka yang akan jadi sasaran amukan mencoba membujuk dengan ubarampe tertentu, harapannya kemarahannya mereda. Batal mengamuk atau minimal berkurang emosinya. Sementara, Pimpinan paguyuban Tri T

Ruwat Buang Sengkolo

Dari Ruwat Buang Sengkolo POSMO – METEOR & Paguyuban Tri Tunggal, di Jogjakarta Ruwat Buang Sengkolo, Ruwat Mohon Pengampunan Hong ilaheng, Sang Hyang Kalamercu Katup, Sun umadep, Sun Umarep, Nir Hyang Kalamercu Katup, Nir Hyang Kala Mercu Katup, Nir Hyang Kala Mercu Katup. Demikian mantram pembuka Ruwat Buang Sengkolo yang digelar POSMO – Harian METEOR dan Paguyuban Tri Tunggal di Pantai Topeng Mas, Parangkusomo, Jogjakarta Malam Jumat Legi, 30 September 2004 lalu. Mantram pembuka yang dilantunkan Ki Dalang Suseno Aji itu pun bersambut dengan mantram Kala Cakra. Yamaraja-Jaramaya , siapa yang menyerang berbalik menjadi Belas kasihan. Yamarani-Niramaya , siapa datang bermaksud buruk akan menjauhi. Yasilapa-Palasiya , siapa membuat lapar akan memberi makan. Yamiroda-Daromiya, siapa memaksa, malah memberi keleluasaan atau kebebasan. Yamidosa-Sadomiya, siapa membuat dosa malah membuat jasa. Yadayuda-Dayudaya , siapa memerangi membalik menjadi damai. Yaciyaca-Caya

Ruwat Buang Sengkolo

Dari Ruwat Buang Sengkolo POSMO – METEOR & Paguyuban Tri Tunggal, di Jogjakarta Ruwat Buang Sengkolo, Ruwat Mohon Pengampunan Hong ilaheng, Sang Hyang Kalamercu Katup, Sun umadep, Sun Umarep, Nir Hyang Kalamercu Katup, Nir Hyang Kala Mercu Katup, Nir Hyang Kala Mercu Katup. Demikian mantram pembuka Ruwat Buang Sengkolo yang digelar POSMO – Harian METEOR dan Paguyuban Tri Tunggal di Pantai Topeng Mas, Parangkusomo, Jogjakarta Malam Jumat Legi, 30 September 2004 lalu. Mantram pembuka yang dilantunkan Ki Dalang Suseno Aji itu pun bersambut dengan mantram Kala Cakra. Yamaraja-Jaramaya , siapa yang menyerang berbalik menjadi Belas kasihan. Yamarani-Niramaya , siapa datang bermaksud buruk akan menjauhi. Yasilapa-Palasiya , siapa membuat lapar akan memberi makan. Yamiroda-Daromiya, siapa memaksa, malah memberi keleluasaan atau kebebasan. Yamidosa-Sadomiya, siapa membuat dosa malah membuat jasa. Yadayuda-Dayudaya , siapa memerangi membalik menjadi damai. Yaciyaca-Caya

KOSMOLOGI PENDIDIKAN BERKEBANGSAAN

Melihat kisah murwokolo (red-purbakala), sebagai kosmologi nusantara. Diawali kisah Sang Hyang Wisesa memerintah Sang Hyang Wenang dengan janturan bunyi gema kendi gentanya (gema sangkakala), hingga Sang Hyang Wenang memperanakan Sang Hyang Tunggal yang disebut putra ontang-anting. Sang Hyang Tunggal melahirkan telur jagat yang disebut tigan anom (3 calon generasi terjadinya jaman dan jagat), yaitu Togog, Semar dan Bethara Guru. Kisah telur jagat yang akhirnya meneruskan generasinya, yaitu purusa (budi), atma (rasa) dan prana (pikiran dunia) dalam sebuah terjadinya pengetahuan (pendidikan) dalam rangkaian sebab-akibat. Dari sisi kisah tersebut, ditemukan sebuah matrix kosmologi yang membidani kepribadian kebangsaan Indonesia yang dilatarbelakangi sebuah perbedaan sistem karakter dan sifat, tetapi dipertemukan dalam satu dharma (bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangwra) yaitu berdirinya jaman dan jagat beserta isi dan fenomenanya. Kosmologi yang didapat dalam peristiwa itu adalah,