Skip to main content

Ternyata, Banten Juga Miliki Bangunan Serupa Candi Borobudur

Ternyata, Banten Juga Miliki Bangunan Serupa Candi Borobudur
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten (Foto: Joseph/Okezone)

JAKARTA- Bukan hanya Yogyakarta yang identik dengan Candi Borobudurnya, ternyata Banten pun memiliki bangunan yang sama berbentuk punden berundak.

“Sebelum situs Gunung Padang ramai, sebeenarnya kita juga punya yang seperti itu,” kata Endrawati, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, saat ditemui Okezone di kantornya, belum lama ini.

Situs tersebut berbentuk punden berundak Lebak Sibedug. Situs ini terletak di kawasan Lebak Sibedug yang merupakan hasil peninggalan masa prasejarah yang terletak di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun.

Hal serupa juga ditambahkan Tasrief Adrianto selaku Kasi Museum Negeri Banten yang mengatakan bahwa situs ini benar-benar serupa seperti Candi Borobudur.

“Bagian dari situs ini makin ke atas makin mengerucut. Mirip dengan Borobudur,” katanya di tempat yang sama.

Lebih lanjut ia menambahkan bahwa hal ini nantinya yang akan diberi tahu kepada pengunjung yang datang ke Museum, bahwa bukan hanya Cianjur yang memiliki situs Gunung Padangnya, namun jauh daripada itu Banten pun memiliki situs yang sama.

Keindahan punden berundak Lebak Sibedug dilengkapi juga dengan keindahan alam sekitar yang dikelilingi dengan relif-relif serta panorama hutan tropis yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun.
(ftr)  
 http://lifestyle.okezone.com/read/2014/03/03/407/949118/ternyata-banten-juga-miliki-bangunan-serupa-candi-borobudur

Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Wirid Wirayat Jati Ronggowarsito

Banyak orang yang tidak tahu apa sih ilmu sejati itu? Banyak para salik yang mencari suluk untuk mendapatkan ilmu sejati yakni ilmu kasampurnan (kesempurnaan) hidup. Tidak ada salahnya jika kita belajar ilmu kasampurnaan hidup itu dari Raden Ngabehi Ronggowarsito dari Serat Wirid Wirayat Jati yang ditulisnya. Bagaimana ilmu kasampurnan itu? Anênggih punika pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji. (Inilah sebuah petunjuk benar yang menjelaskan ilmu sirr kesempurnaan hidup, yang berakar dari

PRIMBON JAWA LENGKAP

Sistim Penanggalan Jawa Sistim Penanggalan Jawa lebih lengkap dan komprehensif apabila dibandingkan dengan sistim penanggalan lainnya, lengkap dan komprehensifnya adalah suatu pembuktian bahwa ketelitian Jawa dalam mengamati kondisi dan pengaruh seluruh alam semesta terhadap planet bumi seisinya termasuk pengaruh kepada pranatan kehidupan manusia, dapat disampaikan antara lain adanya rumusan tata penanggalan jawa sebagai berikut : 1. Pancawara – Pasaran; Perhitungan hari dengan siklus 5 harian : 1. Kliwon/ Kasih 2. Legi / Manis 3. Pahing / Jenar 4. Pon / Palguna 5. Wage / Kresna/ Langking 2. Sadwara – Paringkelan, Perhitungan hari dengan siklus 6 harian 1. Tungle / Daun 2. Aryang / Manusia 3. Wurukung/ Hewan 4. Paningron / Mina/Ikan 5. Uwas / Peksi/Burung 6. Mawulu / Taru/Benih. 3. Saptawara – Padinan, Perhitungan hari dengan siklus 7 harian : 1. Minggu / Radite 2. Senen / Soma 3. Selasa / Anggara 4. Rebo / Budha 5. Kemis / Respati 6. Jemuwah / Sukra 7. Setu / Tumpak/Sa

Agama asli jawa Indonesia

HONG WILAHENG NGIGENO MESTUTI, LUPUTO SARIK LAWAN SANDI, LUPUTO DENDANING TAWANG TOWANG, DJAGAD DEWO BATORO HJANG DJAGAD PRAMUDITO BUWONO LANGGENG AGOMO BUDDODJAWI-WISNU hing TANAH DJOWO ( INDONESIA ) ---oooOooo--- Lambang Cokro Umbul - Umbul Klaras            Wiwitipun ngadeg Agami Buddodjawi-Wisnu wonten ing Suroboyo, nudju dinten Tumpak cemengan (Saptu Wage), tanggal kaping 11 Palguno 1856. (Djumadilawal) utawi tanggal 25 November 1925 mongso kanem, windu sengsoro, Tinengeran condro sangkolo. Ojaging Pandowo Angesti Buddo 1856. Utawi tahun Ismoyo 8756.            Tujuan Agami Buddodjawi-Wisnu anenangi soho angemuti dumateng Agami soho Kabudayan kita ing Indonesia ingkang asli soho murni, kados dene wontenipun negari Modjopait sapanginggil sederengipun wonten Agami penjajahan. Agami Buddodjawi-wisnu puniko mengku punjering Kabudayan Nasional ingkang asli soho murni ing Indonesia. Dene Punjering Kabudayan wau ingkan ngawontenaken adat t