Skip to main content

Cerita perjuangan suku Baduy pertama kali upacara HUT RI di Istana

Reporter : Muhamad Agil Aliansyah | Selasa, 18 Agustus 2015 08:00
Cerita perjuangan suku Baduy pertama kali upacara HUT RI di Istana
Suku Baduy datangi Istana. ©2015 Merdeka.com/Sri Wiyanti
Merdeka.com - Ada yang beda dalam perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia (RI) tahun ini. Suku yang berdomisili di Banten tersebut diundang khusus Presiden Joko Widodo mengikuti upacara kemerdekaan di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Minggu (17/8).

Namun bukan perkara mudah bagi suku Baduy buat mengikuti upacara tersebut. Menurut Wakil Jaro Tangtu kampung Cibeo, Mursi, dia bersama tiga rekannya berjalan kaki selama tiga hari dari kampungnya di Cibeo menuju Istana Kepresidenan sejak Jumat (14/8).

"Berangkat hari Jumat, perjalanan ditempuh 3 hari. Sampai di sini kemarin malam, sore. Tadi pagi jam 6 pagi sudah tiba di Istana," kata Mursi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (17/8).

Mursi lantas memaparkan suka duka perjalanan selama tiga hari buat bisa sampai di Istana Kepresidenan.

"Letak geografis Baduy berbukit-bukit. Ya lumayan lah perjalanan jarak tempuh 3 hari, pulang-pergi ya hampir seminggu," ucap Mursi.

Mursi mengatakan, leluhur warga Baduy juga berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Menurut dia, kedatangan mereka ke Istana Merdeka merupakan pertama kalinya bagi warga Baduy sejak Indonesia merdeka 70 tahun lalu.

"Ya bisa dikatakan begitu (pertama kali diundang ke Istana). Leluhur juga ikut memperjuangkan bangsa kita," lanjut Mursi.

Mursi merasa kagum bisa melihat secara langsung upacara HUT Kemerdekaan di Istana Merdeka. "Ini sangat meriah, (saya) sangat bahagia. Bagus," imbuh Mursi.

Selain menghadiri upacara Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke 70, kata Mursi, mereka menyisipkan harapan buat Jokowi. Mursi mengatakan, warga Baduy membutuhkan pengakuan dari pemerintah.

"Kami tentu mohon yang terhormat Bapak Presiden Indonesia untuk memberikan kebijakan khusus untuk suku-suku adat, khususnya Baduy," kata Mursi di Istana Kepresidenan, Senin (17/8).

"Tentu kami butuh pengakuan, butuh jaminan," imbuh Mursi.

Selain itu, lanjut Mursi, masyarakat adat Baduy meminta Presiden Joko Widodo memenuhi hak-hak administratif masyarakat Baduy sebagai warga negara Indonesia.

"Sekaligus kami merasa hak-hak adat kami, bahkan identitas utama, KTP, kami mohon agar agama kami dicantumkan di KTP. Supaya ada respon dari bapak presiden, supaya ada kebijakan," ucap Mursi.http://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-perjuangan-suku-baduy-pertama-kali-upacara-hut-ri-di-istana.html

Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Wirid Wirayat Jati Ronggowarsito

Banyak orang yang tidak tahu apa sih ilmu sejati itu? Banyak para salik yang mencari suluk untuk mendapatkan ilmu sejati yakni ilmu kasampurnan (kesempurnaan) hidup. Tidak ada salahnya jika kita belajar ilmu kasampurnaan hidup itu dari Raden Ngabehi Ronggowarsito dari Serat Wirid Wirayat Jati yang ditulisnya. Bagaimana ilmu kasampurnan itu? Anênggih punika pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji. (Inilah sebuah petunjuk benar yang menjelaskan ilmu sirr kesempurnaan hidup, yang berakar dari

PRIMBON JAWA LENGKAP

Sistim Penanggalan Jawa Sistim Penanggalan Jawa lebih lengkap dan komprehensif apabila dibandingkan dengan sistim penanggalan lainnya, lengkap dan komprehensifnya adalah suatu pembuktian bahwa ketelitian Jawa dalam mengamati kondisi dan pengaruh seluruh alam semesta terhadap planet bumi seisinya termasuk pengaruh kepada pranatan kehidupan manusia, dapat disampaikan antara lain adanya rumusan tata penanggalan jawa sebagai berikut : 1. Pancawara – Pasaran; Perhitungan hari dengan siklus 5 harian : 1. Kliwon/ Kasih 2. Legi / Manis 3. Pahing / Jenar 4. Pon / Palguna 5. Wage / Kresna/ Langking 2. Sadwara – Paringkelan, Perhitungan hari dengan siklus 6 harian 1. Tungle / Daun 2. Aryang / Manusia 3. Wurukung/ Hewan 4. Paningron / Mina/Ikan 5. Uwas / Peksi/Burung 6. Mawulu / Taru/Benih. 3. Saptawara – Padinan, Perhitungan hari dengan siklus 7 harian : 1. Minggu / Radite 2. Senen / Soma 3. Selasa / Anggara 4. Rebo / Budha 5. Kemis / Respati 6. Jemuwah / Sukra 7. Setu / Tumpak/Sa

Agama asli jawa Indonesia

HONG WILAHENG NGIGENO MESTUTI, LUPUTO SARIK LAWAN SANDI, LUPUTO DENDANING TAWANG TOWANG, DJAGAD DEWO BATORO HJANG DJAGAD PRAMUDITO BUWONO LANGGENG AGOMO BUDDODJAWI-WISNU hing TANAH DJOWO ( INDONESIA ) ---oooOooo--- Lambang Cokro Umbul - Umbul Klaras            Wiwitipun ngadeg Agami Buddodjawi-Wisnu wonten ing Suroboyo, nudju dinten Tumpak cemengan (Saptu Wage), tanggal kaping 11 Palguno 1856. (Djumadilawal) utawi tanggal 25 November 1925 mongso kanem, windu sengsoro, Tinengeran condro sangkolo. Ojaging Pandowo Angesti Buddo 1856. Utawi tahun Ismoyo 8756.            Tujuan Agami Buddodjawi-Wisnu anenangi soho angemuti dumateng Agami soho Kabudayan kita ing Indonesia ingkang asli soho murni, kados dene wontenipun negari Modjopait sapanginggil sederengipun wonten Agami penjajahan. Agami Buddodjawi-wisnu puniko mengku punjering Kabudayan Nasional ingkang asli soho murni ing Indonesia. Dene Punjering Kabudayan wau ingkan ngawontenaken adat t