Skip to main content

Nurcholish Harap Penghayat Kepercayaan Segera Dirikan Lembaga Pendidikan


JAKARTA, ICRP -Merebaknya intoleransi di tanah air diduga masif berkembang di sekolah-sekolah negeri. Fakta tersebut merupakan temuan beberapa tahun ke belakang dari Yayasan Cahaya Guru. Hal tersebut membantah asumsi publik yang menuding bahwa di sekolah berbasis agama seperti sekolah milik kristen, katolik, pesantren atau madrasah menjadi pusat radikalisme.
Temuan Yayasan Cahaya Guru itu ditegaskan kembali oleh Peneliti Senior Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) Ahmad Nurcholish dalam acara Anggoro kasih di Sasana Adirasa Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Senin (5/1). ”Di sekolah-sekolah milik kristen misalnya tidak ditemukan guru yang menolak untuk menghormati bendera merah putih atau menyanyikan lagu Indonesia raya,” ucap Nurcholish.
Dalam acara yang diadakan komunitas penghayat kepercayaan ini,  Nurcholish juga menyinggung pentingnya para penghayat kepercayaan untuk segera membangun institusi pendidikan. “Sayang sekali, saya belum melihat adanya perguruan tinggi milik penghayat kepercayaan,” kata Nurcholish.
Menurut Nurcholish pendirian institusi pendidikan menjadi sangat penting bagi penganut kepercayaan. Salah satu tujuannya yakni, sambung Nurcholish,  untuk  mengembangkan nilai-nilai luhur Ketuhanan Yang Maha Esa yang senantiasa diperjuangkan penghayat kepercayaan. Dengan dikembangkannya nilai-nilai luhur Ketuhanan Yang Maha Esa itu, Nurcholish berharap mampu menangkal pemahaman keagamaan yang radikal.
Selain itu, lembaga pendidikan menurut tokoh yang telah lama bergelut dalam isu toleransi antar umat beragama ini, memiliki fungsi eksistensialistis.  Nurcholish meyakini, masyarakat di tanah air akan mengingat warisan cita-cita luhur agama-agama di nusantara jika penghayat kepercayaan berhasil membangun institusi pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi.
Berkaitan dengan masalah pudarnya wacana keagamaan penghayat kepercayaan, Nurcholish menyoroti minimnya publikasi. “Karena itu kami di ICRP bersama Mang Engkus merasa penting untuk membuat publikasi mengenai agama-agama lokal. Saat ini kami tengah merumuskan pembentukan ensiklopedia yang di dalamnya juga memuat mengenai agama-agama lokal agar warisan luhur ini tetap eksis dan diingat oleh anak bangsa,” jelasnya di hadapan para penghayat kepercayaan.

http://icrp-online.org/2015/01/06/nurcholish-harap-penghayat-kepercayaan-segera-dirikan-lembaga-pendidikan/

Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Wirid Wirayat Jati Ronggowarsito

Banyak orang yang tidak tahu apa sih ilmu sejati itu? Banyak para salik yang mencari suluk untuk mendapatkan ilmu sejati yakni ilmu kasampurnan (kesempurnaan) hidup. Tidak ada salahnya jika kita belajar ilmu kasampurnaan hidup itu dari Raden Ngabehi Ronggowarsito dari Serat Wirid Wirayat Jati yang ditulisnya. Bagaimana ilmu kasampurnan itu? Anênggih punika pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji. (Inilah sebuah petunjuk benar yang menjelaskan ilmu sirr kesempurnaan hidup, yang berakar dari

PRIMBON JAWA LENGKAP

Sistim Penanggalan Jawa Sistim Penanggalan Jawa lebih lengkap dan komprehensif apabila dibandingkan dengan sistim penanggalan lainnya, lengkap dan komprehensifnya adalah suatu pembuktian bahwa ketelitian Jawa dalam mengamati kondisi dan pengaruh seluruh alam semesta terhadap planet bumi seisinya termasuk pengaruh kepada pranatan kehidupan manusia, dapat disampaikan antara lain adanya rumusan tata penanggalan jawa sebagai berikut : 1. Pancawara – Pasaran; Perhitungan hari dengan siklus 5 harian : 1. Kliwon/ Kasih 2. Legi / Manis 3. Pahing / Jenar 4. Pon / Palguna 5. Wage / Kresna/ Langking 2. Sadwara – Paringkelan, Perhitungan hari dengan siklus 6 harian 1. Tungle / Daun 2. Aryang / Manusia 3. Wurukung/ Hewan 4. Paningron / Mina/Ikan 5. Uwas / Peksi/Burung 6. Mawulu / Taru/Benih. 3. Saptawara – Padinan, Perhitungan hari dengan siklus 7 harian : 1. Minggu / Radite 2. Senen / Soma 3. Selasa / Anggara 4. Rebo / Budha 5. Kemis / Respati 6. Jemuwah / Sukra 7. Setu / Tumpak/Sa

Agama asli jawa Indonesia

HONG WILAHENG NGIGENO MESTUTI, LUPUTO SARIK LAWAN SANDI, LUPUTO DENDANING TAWANG TOWANG, DJAGAD DEWO BATORO HJANG DJAGAD PRAMUDITO BUWONO LANGGENG AGOMO BUDDODJAWI-WISNU hing TANAH DJOWO ( INDONESIA ) ---oooOooo--- Lambang Cokro Umbul - Umbul Klaras            Wiwitipun ngadeg Agami Buddodjawi-Wisnu wonten ing Suroboyo, nudju dinten Tumpak cemengan (Saptu Wage), tanggal kaping 11 Palguno 1856. (Djumadilawal) utawi tanggal 25 November 1925 mongso kanem, windu sengsoro, Tinengeran condro sangkolo. Ojaging Pandowo Angesti Buddo 1856. Utawi tahun Ismoyo 8756.            Tujuan Agami Buddodjawi-Wisnu anenangi soho angemuti dumateng Agami soho Kabudayan kita ing Indonesia ingkang asli soho murni, kados dene wontenipun negari Modjopait sapanginggil sederengipun wonten Agami penjajahan. Agami Buddodjawi-wisnu puniko mengku punjering Kabudayan Nasional ingkang asli soho murni ing Indonesia. Dene Punjering Kabudayan wau ingkan ngawontenaken adat t