Skip to main content

Jalan Syafi i Merengkuh Dunia

Jumat, 19 Juni 2009


Judul : Titik-titik Kisar di Perjalananku
Penulis : Ahmad Syafii Maarif
Penerbit : Mizan, Jakarta
Tahun : Mei, 2009
Tebal : 422 halaman
Harga : Rp65.000


Bagi sebagain orang, autobigrafi yang merekam riwayat hidup seseorang pasti memiliki nilai lebih yang bisa dipelajari dari figur bersangkutan yang dituangkan dalam bukunya. Pendapat itu berlaku juga pada sosok Ahmad Syafii Maarif yang merekam jejak hidupnya dalam Titik-titik Kisar di Perjalananku.

Buku yang dibagi dalam sembilan bagian berisi kisah hidup Syafii Maarif sebagai anak Minangkabau, tindakannya yang luar biasa dengan berani meninggalkan tanah kelahirannya menuju kota pendidikan Yogyakarta, pergulatan hidupnya ketika menempuh kuliah di Amerika Serikat, hingga pandangannnya terhadap nasib masa depan Indonesia, dikupas satu per satu secara gamblang oleh guru besar bidang sejarah tersebut.

Pada bab pertama, dituturkan tentang Ahmad Syafii Maarif yang dilahirkan pada Sabtu, 31 Mei 1935, menghabiskan masa kecilnya di Sumpur Kudus, daerah Tanah Minang Sumatra Barat. Disebutkan Syafii Maarif, Tanah Minang berhasil melahirkan seorang insan Minangkabau yang oleh banyak orang menjulukinya sebagai salah satu putra terbaik Indonesia, dan intelek muslim yang dimiliki Indonesia.

Ajakan dari temannya yang ingin menempuh pendidikan tinggi akhirnya membuat Syafii Maarif muda nekat untuk meninggalkan kampung halamannya guna menuju Pulau Jawa demi dapat bersekolah di Yogyakarta, yang kualitasnya dinilai lebih baik dibandingkan sekolah di kampung halamannya. Syafii Maarif mendapatkan beasiswa kuliah di program pascasarjana Chicago, seusai lulus dari IKIP Yogyakarta (sekarang UNY).

Sekembali menempuh pendidikan di negeri Paman Sam, Buya Syafii mulai aktif memusatkan perhatiannya pada masalah nasional hingga global, seperti agama, kebudayaan, pemikiran, politik, khususnya kehidupan umat muslim yang tak henti-hentinya dikaji dan dikembangkan, dengan bergabung di organisasi Islam modern, Muhammadiyah.

Buya Syafii juga giat berusaha menembus sekat-sekat di antara umat manusia yang membuat kaum Islam menjadi terbelenggu hingga ke dalam kelompok kecil yang membuat kekuatan Islam tercerai-berai akibat fanatisme sempit. Sehingga kondisi itu mendorong Syafii Maarif terus berupaya menghilangkan pembatas agar dapat merengkuh semua golongan untuk bersama mewujudkan nilai hidup bersama berwujud saling tenggang rasa, persatuan, dan semangat saling memahami antar-umat beragama.

Pada bagian lain, pria yang menjalani hidup dengan penuh kesederhanaan itu pernah mendapat sejumlah penghargaan. Penghargaan Ramon Magsaysay Award diraih pada 2008 untuk kategori Peace and International Understanding.
Inilah buku perjalanan Ahmad Syafii Maarif sebagai pribadi tanpa batas

http://dhi.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=11036

Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Wirid Wirayat Jati Ronggowarsito

Banyak orang yang tidak tahu apa sih ilmu sejati itu? Banyak para salik yang mencari suluk untuk mendapatkan ilmu sejati yakni ilmu kasampurnan (kesempurnaan) hidup. Tidak ada salahnya jika kita belajar ilmu kasampurnaan hidup itu dari Raden Ngabehi Ronggowarsito dari Serat Wirid Wirayat Jati yang ditulisnya. Bagaimana ilmu kasampurnan itu? Anênggih punika pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji. (Inilah sebuah petunjuk benar yang menjelaskan ilmu sirr kesempurnaan hidup, yang berakar dari

PRIMBON JAWA LENGKAP

Sistim Penanggalan Jawa Sistim Penanggalan Jawa lebih lengkap dan komprehensif apabila dibandingkan dengan sistim penanggalan lainnya, lengkap dan komprehensifnya adalah suatu pembuktian bahwa ketelitian Jawa dalam mengamati kondisi dan pengaruh seluruh alam semesta terhadap planet bumi seisinya termasuk pengaruh kepada pranatan kehidupan manusia, dapat disampaikan antara lain adanya rumusan tata penanggalan jawa sebagai berikut : 1. Pancawara – Pasaran; Perhitungan hari dengan siklus 5 harian : 1. Kliwon/ Kasih 2. Legi / Manis 3. Pahing / Jenar 4. Pon / Palguna 5. Wage / Kresna/ Langking 2. Sadwara – Paringkelan, Perhitungan hari dengan siklus 6 harian 1. Tungle / Daun 2. Aryang / Manusia 3. Wurukung/ Hewan 4. Paningron / Mina/Ikan 5. Uwas / Peksi/Burung 6. Mawulu / Taru/Benih. 3. Saptawara – Padinan, Perhitungan hari dengan siklus 7 harian : 1. Minggu / Radite 2. Senen / Soma 3. Selasa / Anggara 4. Rebo / Budha 5. Kemis / Respati 6. Jemuwah / Sukra 7. Setu / Tumpak/Sa

Agama asli jawa Indonesia

HONG WILAHENG NGIGENO MESTUTI, LUPUTO SARIK LAWAN SANDI, LUPUTO DENDANING TAWANG TOWANG, DJAGAD DEWO BATORO HJANG DJAGAD PRAMUDITO BUWONO LANGGENG AGOMO BUDDODJAWI-WISNU hing TANAH DJOWO ( INDONESIA ) ---oooOooo--- Lambang Cokro Umbul - Umbul Klaras            Wiwitipun ngadeg Agami Buddodjawi-Wisnu wonten ing Suroboyo, nudju dinten Tumpak cemengan (Saptu Wage), tanggal kaping 11 Palguno 1856. (Djumadilawal) utawi tanggal 25 November 1925 mongso kanem, windu sengsoro, Tinengeran condro sangkolo. Ojaging Pandowo Angesti Buddo 1856. Utawi tahun Ismoyo 8756.            Tujuan Agami Buddodjawi-Wisnu anenangi soho angemuti dumateng Agami soho Kabudayan kita ing Indonesia ingkang asli soho murni, kados dene wontenipun negari Modjopait sapanginggil sederengipun wonten Agami penjajahan. Agami Buddodjawi-wisnu puniko mengku punjering Kabudayan Nasional ingkang asli soho murni ing Indonesia. Dene Punjering Kabudayan wau ingkan ngawontenaken adat t