Skip to main content

Dibangun dengan dana Rp 2 miliar Wonogiri bakal miliki pura megah

Dibangun dengan dana Rp 2 miliar Wonogiri bakal miliki pura megah

WONOGIRI - Dalam waktu yang tidak lama lagi, Wonogiri bakal mempunyai pura seindah dan sehebat Pura Besakih, Bali. Peletakan batu pertama pembangunan pura tersebut dilakukan Minggu (19/7) di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, tepatnya di sebelah barat bangunan Museum Karst.

Untuk mengawali prosesi tersebut, sekitar seribu umat Budha Bali datang di lokasi untuk menggelar doa yang dipimpin I Dewa Gde Nuaba SE. ”Ini merupakan rencana yang sangat bagus. Untuk itu ketika ada undangan dari bupati Wonogiri, kami langsung menyanggupinya untuk datang ke sini,” kata I Desa Gde Nuaba.

Kedatangan rombongan yang semuanya merupakan pengurus dan anggota Koperasi Adil tersebut diterima oleh Bupati Wonogiri H Begug Poernomosidi di pendapa rumah dinas bupati.

Begitu sampai halaman rumah dinas, rombongan disambut hiburan seni Reog yang telah membudaya di Wonogiri, diteruskan dengan suguhan berbagai seni tari. Atas penyambutan itu, pimpinan rombongan I Dewa Gde Nuaba merasa puas.

Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, tepatnya di areal Museum Karst, guna melakukan prosesi persembahan doa atas dimulainya pembangunan pura.

Sebelum prosesi doa dimulai, mereka terlebih dahulu merangkai janur untuk sesajian (canangsari). Di sela-sela pembuatan canangsari, I Dewa Gde Nuaba terus memberikan motivasi kepada seluruh umat Budha yang hadir dalam acara tersebut diiringi lagu-lagu religi yang diputar melalui Ipod milik I Dewa Gde Nuaba dan diperkeras melalui soundsystem yang dipersiapkan oleh panitia.

Batu Gunung Agung
Sementara, I Ketut Padang Subadra, arsitektur yang dipercaya membangun pura di Wonogiri menjelaskan, pada awalnya pura yang dibangun di atas bukit tersebut seluas 15 X 30 meter. Namun dalam perkembangannya luasannya ditambah menjadi 20 X 33 meter. ”Untuk menuju pura, kami menyediakan jalan naik bertrap sepanjang 125 meter,” ujarnya.

Disinggung soal dana, I Ketut menjelaskan, Pemkab Wonogiri telah menyediakan dana sebesar Rp 2 miliar. ”Setelah ada rencana pengembangan, biaya yang disediakan pun bertambah, namun katanya disokong dari berbagai pihak. Seperti hari ini I Dewa Gde Nuaba telah menjanjikan membantu Rp 100 juta, yang dihimpun dari anggota Koperasi Adil,” katanya. Dengan persiapan dana sejumlah itu, lanjutnya, I Ketut berani mendatangkan bahan-bahan berkualitas nomor wakhid.

”Untuk batu yang digunakan akan kami ambilkan batu lahar dari Gunung Agung, Bali. Sedangkan untuk kayunya, kami carikan kayu jati terbaik untuk selanjutnya dibawa ke Bali untuk digarap tenaga-tenaga ahli di sana, baru setelah jadi dibawa ke Wonogiri. Untuk ijuknya pun harus kami olah terlebih dahulu di Bali. Dengan bahan-bahan terbaik, nantinya pura ini sepadan dengan pura di Besakih, Bali,” ujarnya.

Kepala Badan Perencana Kabupaten (Bapekab) Wonogiri, Drs Pranoto MM menjelaskan, pembangunan pura tersebut merupakan realisasi program jagad spiritual yang dibangun di sekitar Monumen Karst Wonogiri. Pm-ip

http://www.wawasandigital.com


Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Wirid Wirayat Jati Ronggowarsito

Banyak orang yang tidak tahu apa sih ilmu sejati itu? Banyak para salik yang mencari suluk untuk mendapatkan ilmu sejati yakni ilmu kasampurnan (kesempurnaan) hidup. Tidak ada salahnya jika kita belajar ilmu kasampurnaan hidup itu dari Raden Ngabehi Ronggowarsito dari Serat Wirid Wirayat Jati yang ditulisnya. Bagaimana ilmu kasampurnan itu? Anênggih punika pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji. (Inilah sebuah petunjuk benar yang menjelaskan ilmu sirr kesempurnaan hidup, yang berakar dari

PRIMBON JAWA LENGKAP

Sistim Penanggalan Jawa Sistim Penanggalan Jawa lebih lengkap dan komprehensif apabila dibandingkan dengan sistim penanggalan lainnya, lengkap dan komprehensifnya adalah suatu pembuktian bahwa ketelitian Jawa dalam mengamati kondisi dan pengaruh seluruh alam semesta terhadap planet bumi seisinya termasuk pengaruh kepada pranatan kehidupan manusia, dapat disampaikan antara lain adanya rumusan tata penanggalan jawa sebagai berikut : 1. Pancawara – Pasaran; Perhitungan hari dengan siklus 5 harian : 1. Kliwon/ Kasih 2. Legi / Manis 3. Pahing / Jenar 4. Pon / Palguna 5. Wage / Kresna/ Langking 2. Sadwara – Paringkelan, Perhitungan hari dengan siklus 6 harian 1. Tungle / Daun 2. Aryang / Manusia 3. Wurukung/ Hewan 4. Paningron / Mina/Ikan 5. Uwas / Peksi/Burung 6. Mawulu / Taru/Benih. 3. Saptawara – Padinan, Perhitungan hari dengan siklus 7 harian : 1. Minggu / Radite 2. Senen / Soma 3. Selasa / Anggara 4. Rebo / Budha 5. Kemis / Respati 6. Jemuwah / Sukra 7. Setu / Tumpak/Sa

Agama asli jawa Indonesia

HONG WILAHENG NGIGENO MESTUTI, LUPUTO SARIK LAWAN SANDI, LUPUTO DENDANING TAWANG TOWANG, DJAGAD DEWO BATORO HJANG DJAGAD PRAMUDITO BUWONO LANGGENG AGOMO BUDDODJAWI-WISNU hing TANAH DJOWO ( INDONESIA ) ---oooOooo--- Lambang Cokro Umbul - Umbul Klaras            Wiwitipun ngadeg Agami Buddodjawi-Wisnu wonten ing Suroboyo, nudju dinten Tumpak cemengan (Saptu Wage), tanggal kaping 11 Palguno 1856. (Djumadilawal) utawi tanggal 25 November 1925 mongso kanem, windu sengsoro, Tinengeran condro sangkolo. Ojaging Pandowo Angesti Buddo 1856. Utawi tahun Ismoyo 8756.            Tujuan Agami Buddodjawi-Wisnu anenangi soho angemuti dumateng Agami soho Kabudayan kita ing Indonesia ingkang asli soho murni, kados dene wontenipun negari Modjopait sapanginggil sederengipun wonten Agami penjajahan. Agami Buddodjawi-wisnu puniko mengku punjering Kabudayan Nasional ingkang asli soho murni ing Indonesia. Dene Punjering Kabudayan wau ingkan ngawontenaken adat t